BLOG DALAM PERBAIKAN
Posted by : Unknown Selasa, 28 Juni 2016


A.  Tokoh Humanistik
Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan (Rumini, dkk. 1993).
Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah-yang paling asasi- sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum, tidur dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan. Apabila kebutuhan ini terpuaskan, maka munculah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana. Berikutnya adalah kebutuhan untuk memiliki dan cinta kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan dan berkeluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok, dan sebagainya.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini dapat mendorong seseorang berbuat lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian, misalnya dia menggunakan prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Berikutnya adalah kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh orang lain. Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan Psikologi Humanistik  untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu.
Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil, tidaklah sama pada setiap orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk tahu dan mengerti, yakni dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan pemahaman. Sesudahnya, Maslow berpendapat adanya kebutuhan estetis, yakni dorongan keindahan, dalam arti kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan dan kelengkapan. Maslow membedakan antara empat kebutuhan yang pertama dengan tiga kebutuhan yang kemudian.    
Keempat kebutuhan yang pertama disebutnya (kebutuhan yang timbul karena kekurangan), dan pemenuhan kebutuhan ini pada umumnya bergantung pada orang lain. Sedangkan ketiga kebutuhan yang lain dinamakan growth need (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung pada manusia itu sendiri. Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan teori ini.
Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi / keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
Tokoh-tokoh humanistik beranggapan bahwa manusia adalah makhluk yang tingkatnya tinggi, mempunyai kebebesan untuk menentukan apa yang diinginkan, mempunyai bakat yang baik yang sering kali di tekan kemunculannya oleh lingkungan. Keyakinan-keyakinan tentang hakikat manusia tersebut merupakan hasil penelitian riwayat hidup orang-orang terkenal seperti Abraham Lincoln.
Kemunculan psikologi Humanistik sebagai suatu gerakan formal, psikologi humanistik dimulai di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1950-an, dan terus-menerus tumbuh, baik dalam jumlah berikut maupun dalam lingkup pengaruhnya. Psikologi Humanistik lahir dari ketidak puasan terhadap jalan yang tempuh oleh psikologi pada awal abad ke20. Ketidak puasan itu terutama tertuju pada gambaran yang dibentuk oleh psikologi modern, suatu gambaran yang partial, tidak lengkap, dan satu sisi. Para tokohnya merasa bahwa psikologi, terutama psikologi behavioristik, menjadi “mendehumanisasi”- yakni, meskipun menunjukkan keberhasilan yang spektakuler dalam area-area tertentu, gagal untuk memberikan sumbangan yang besar kepada pemahaman manusia kondisi eksistensialnya. Dalam kenyataannya, psikologi behavioristik itu telah merampok esensi manusia.
B.  Konsep Dasar Teori Humanistik
Pada awal karirnya, Maslow melakukan observasi terhadap monyet.Ia melakukan pengamatan intensif terhadap perilaku monyet. Berdasarkan pengamatannya didapatkan kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain. Contohnya, jika Anda lapar dan haus, maka Anda akan cenderung untuk mencoba memuaskan dahaga. Anda dapat hidup tanpa makanan selama berminggu-minggu, tetapi tanpa air Anda hanya dapat hidup selama beberapa hari saja, karena kebutuhan akan air lebih kuat daripada kebutuhan akan makan. Tetapi, jika Anda sangat haus, tapi kemudian tersedak dan Anda tidak dapat bernapas, maka kebutuhan untuk bernapas lebih penting dibandingkan dengan kebutuhan akan air untuk minum.
Berdasarkan pengalaman tersebut Maslow membuat ide mengenai hierarki kebutuhan yang sangat terkenal. Menurutnya, terdapat lima lapisan kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan memiliki, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
a.    Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, mineral, dan vitamin, termasuk juga kebutuhan untuk menjaga keseimbangan pH ( menjadi terlalu asam atau basa akan dapat membunuh ) dan temperature ( 98,6 atau dekat dengan itu ) selain itu, terdapat juga kebutuhan untuk aktif, istirahat, tidur, untuk mengeluarkan limbah ( CO2, keringat, urin, dan kotoran ), kebutuhan untuk menghindari rasa sakit dan kebutuhan untuk berhubungan seks. Maslow percaya dengan penelitian yang menyatakan bahwa kebutuhan ini sebenrnya bersifat individual. Misalnya, kekurangan vitamin C akan menyebabkan kelaparan yang sangat sfesifik terhadap vitamin C, seperti jus jeruk.
b.   Keselamatan dan Kebutuhan Keamanan
Ketika sebagian besar kebutuhan  fiiologis sudah dipenuhi, maka lapisan kedua akan datang. Anda akan menjadi makin tertarik untuk menjadi keadaan aman, stabil, serta terlindungi. Anda mungkin perlu untuk mengembangkan struktur, ketertiban, dan keteraturan.Kebutuhan sekarang bukan lagi lapar dan haus tetapi kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan dari ketakutan dan kecemasan.Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan tersebut di manifestasikan dalam bentuk keinginan untuk memiliki sebuah rumah di lingkungan aman, keamanan di lingkungan kerja, rencana pensiun, asuransi, dan sebaginya.
c.       Kebutuhan Memiliki Cinta
Ketika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanan sebagian besar sudah terpenuhi, maka lapisan ketiga kebutuhan mulaai muncul.Anda mulai merasa perlu memiliki teman, kekasih, anak-anak, hubungan kasih sayang secara mendalam dan ikatan social.Anda mulai merasa rentan terhadap kesepian dan kegelisahan social. Dalam kehiduan sehari-hari, kita menunjukan kebutuhan ini dalam bentuk keinginan untuk menikah, memiliki keluarga, menjadi bagian dari sebuah komunitas, bagian dari keluarga besar, daan anggota suatu klub, termasuk juga bagian dari apa yang kita cari dalam sebuah karir.
d.      Kebutuhan Penghargaan
Pada tahap selanjutnya, kita mulai mencari sedikit harga diri.Maslow mencatat dua versi mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan yang lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuaan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang “ tinggi” adalah kebutuhan akan harga diri, termasuk perasaan, seperti keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian, dan kebebasan. Kebutuhan penghargaan diri dikategorikan tinggi karena bentuknya tidak seperti rasa hormat dari orang lain. Misalnya, apabila menyangkut harga diri, maka akan sulit untuk merasa kalah ( perasaan lebih rendah ). Versi negatif kebutuhan ini adalah rendah diri dan kompleks inferioritas ( inferiority complexs ). Dalam hal ini, Maslow mengakui konsep adler mengenai kompleks inferioritas yang merupakan akar dari sebagian besar masalah-masalah psikologis kita.
Di Negara modern, sebagian besar dari kita memiliki apa yang kita butuhkan untuk memenuhi kebutuan fisiologis dan kebutuhan keselamaatan, tetapi lebih sering tidak memiliki cukup cinta dan perasaan memiliki. Demikian juga dengan rasa hormat, yang sering tampak begitu sulit untuk di dapati. Barangkali, kondisi ini terbalik dengan negara yang belum maju, seperti Indonesia, bisa saja kita tidak dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, banyaknya orang miskin dan bencana alam yang tidak tertangani dengan baik, tetapi kita masih memiliki persaudaraan yang erat dan rasa hormat yang tinggi dan generasi yang lebih muda dan kelompok sosial yang lain.
Keempat tigkatan yang awal hierarki di atas disebut deficit kebutuhan, atau D-need.Jika anda tidak memenuhi satu kebutuhan, berarti anda memiliki satu defisit, anda merasa perlu untuk memenuhiya. Namun, jika anda memenuhi semua yang anda butuhkan, anda tidak merasa defisit sama sekali. Dengan kata lain, kebuuhan tersebut berhenti memotivasi diri.
Maslow juga membahas tingkatan tersebut dalam prinsip homeostatis. Homeostatis adalah prinsip yang di gunakan untuk tungku thermostat anda ketika beroperasi : apabila terlalu dingin, akan berganti menjadi panas, tetapi ketika hari terlalu panas, paanas switch off ( mati ) kemudian kembali kepada suhu yang sesuai. Dengan cara yang sama, tubuh anda saat ini berkerja seperti ini, pada suatu saat anda lapar, maka anda akan berusaha memenuhi kebutuhan ini dengan makan, maka kebutuhan pun hilang an rasa lapar berhenti. Maslow kemudian memperluas prisip homeostatis untuk berbagi kebutuhan, seperti keselamatan, perasaan mmiliki, dan penghargaan.
Maslow melihat semua kebutuhan ini sebagai kebutuhan dasar hidup.Demikia juga dengan cinta dan harga diri yang diperlukan untuk pemeliharaan kesehatan.Menurutnya, kita semua memiliki kebutuhan ini dan semuanya berasal dari genetic, seperti halnya naluri.Bahkan, dia menyebut naluriah sebagai kehidupan.
e.       Aktualisasi Diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dan agak sedikit berbeda adalah aktualisasi diri.Maslow menggunakan berbagai istilah untuk menyebutkan tingkatan ini.Maslow menyebutnya pertumbuhan motivasi (berbeda dengan definisi motivasi), karena kebutuhan aktualisasi diri adalah B-needs (B-being), berbeda dengan D-needs.Kebutuhan aktualisasi adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan atau homeostatis, tetapi melibatkan keinginan yang terus-menerus untuk memenuhi potensi, untuk menjadi semua yang kita bisa.
Dalam penelitiannya mengenai orang yang mencapai aktualisasi diri, Maslow menggunakan metode kualitatif yang disebut analisis biografi untuk mengetahui aktualisasi diri seseorang. Orang-orang yang mencapai aktualisasi diri juga memiliki cara yang berbeda berhubungan dengan orang lain. Mereka menikmati kesendirian, dan merasa nyaman dengan kesendiriannya, mereka juga menikmati hubungan pribadi dengan beberapa teman dekat dan anggota keluarga secara mendalam.
C.  Hakekat Pandangan Teori Humanistik
Maslow memandang manusia dengan optimis, memiliki kecenderungan alamiah untuk bergerak menuju aktualisasi diri.Manusia memiliki kebebasan untuk berkehendak, memiliki kesadaran untuk memilih serta memiliki harapan.Meskipun memiliki kemampuan jahat dan merusak, tetapi bukan merupakan esensi dasar dari manusia.Sifat-sifat jahat muncul dari rasa frustasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Misalnya, ketika kebutuhan akan makanan tidak terpenuhi, maka ia akan mencuri supaya dapat makan.
Maslow percaya bahwa kesempurnaan manusia tidak akan tercapai, tetapi ia menyakini bahwa manusia mampu untuk terus tumbuh dan berkembang luar biasa.
D. Pandangan sifat manusia menurut teori Humanistik
1. Filsafat eksistensialis
2. Bahwa manusia sebagai makhluk hidup
3. Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda
4. Menenkankan pada kesadaran manusia
Pandangan maslow tentang hakikat manusia yaitu manusia bersifat optimistik, bebas berkehendak, sadar dalam memilih, unik, dapat mengatasi pengalaman masa kecil, dan baik. Menurut dia kepribadian itu dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan. Dalam kaitannya dengan peran lingkungan, khususnya di sekolah dalam mengembangkan self-actualization, Maslow mengemukakan beberapa upaya yang sebaiknya membantu siswa menemukan identitasnya (jati dirinya) sendiri. Diantaranya:
1.    Membantu siswa untuk mengeksplorasi pekerjaan
2.    Membantu siswa untuk memehami keterbatasan (nasib) dirinya
3.    Membantu siswa untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai
4.    Membantu siswa agar memahami bahwa hidup ini berharga
5.    Mendorng siswa agar mencapai pengalaman puncak dalam kehidupannya
6.    Memfasilitasi siswa agar dapat memuaskan kebutuhan dasarnya (rasa aman, rasa berharga, dan rasa diakui).
E.  Hakikat manusia menurut pandangan Maslow
1.      Mengoptimalkan kesadran individu akan keberadaannya, dan menerima keadaan dirinya menurut apa adanya
2.      Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan individu yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya
3.      Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalm proses aktualisasi tersebut.
4.      Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat di jangkau, menurut kondisi dirinya
F.   Tujuan Humanistik
a.       Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi – potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Keotentikan sebagai “urusan utama psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
1)   Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang,
2)   Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan
3)   Memikul tanggung jawab untuk memilih.
b.      Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c.       Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan – kekuatan deterministic di luar dirinya.
G. Teknik-teknik humanistik
1.    Acceptance (penerimaan)
2.    Respect (rasa hormat)
3.    Understanding (mengerti, memahami)
4.    Reassurance (menentramkan hati, meyakini)
5.    Encouragement (dorongan)
6.    Limited Questioning (pertanyaan terbatas)
7.    Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)
CONTOH KASUS :
Leon seorang mahasiswa, mungkin melihat dirinya sebagai dokter masa depan, tetapi  nilainya yang dikeluarkan dari sekolah kedokteran ternyata dibawah rata-rata. Perbedaan antara dengan apa Leon melihat dirinya (konsep diri) atau bagaimana ia ingin melihat dia (ideal konsep diri) dan realitas kinerja akademis yang buruk dapat menyebabkan kegelisahan dan kerentanan pribadi, yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan untuk masuk terapi. Leon harus melihat bahwa ada masalah atau tidak pada dirinya. Leon pesimis untuk menghadapai penyesuaian psikologis untuk mengeksplorasi perubahan dirinya. Konseling berlangsung, klien dapat mengeksplorasi lebih luas keyakinannya dan perasaan (Rogers, 1967). Mereka dapat mengekspresikan ketakutan mereka, rasa bersalah kecemasan, malu, kebencian, kemarahan, dan lain sebagainya. emosi telah dianggap terlalu negatif untuk menerima dan memasukkan ke dalam diri mereka. Dengan terapi, orang disortir kurang dan pindah ke penerimaan yang lebih besar dan integrasi perasaan yang saling bertentangan dan membingungkan. Mereka semakin menemukan aspek dalam diri mereka yang telah disimpan tersembunyi.
Sebagai klien merasa dimengerti dan diterima, mereka menjadi kurang defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman mereka. Karena mereka merasa lebih aman dan kurang rentan, mereka menjadi lebih realistis, menganggap orang lain dengan akurasi yang lebih besar, dan menjadi lebih mampu untuk memahami dan menerima orang lain. Individu dalam terapi datang untuk menghargai diri mereka lebih seperti mereka, dan perilaku mereka menunjukkan lebih banyak fleksibilitas dan kreativitas. Mereka menjadi kurang peduli tentang memenuhi harapan orang lain, dan dengan demikian mulai berperilaku dengan cara yang lebih benar untuk diri mereka sendiri. Mereka bergerak ke arah yang lebih berhubungan dengan apa yang mereka alami pada saat ini, kurang terikat oleh masa lalu, kurang ditentukan, lebih bebas untuk membuat keputusan, dan semakin percaya diri masuk untuk mengelola kehidupan mereka sendiri.

Dari contoh kasus Leon dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu alasan klien mencari terapi adalah perasaan tidak percaya diri, dan ketidakmampuan untuk membuat keputusan atau secara efektif mengarahkan hidup mereka sendiri. Leon diarahkan supaya melihat kepotensian diri dia yang sebenarnya, terapi difokuskan ke saat yang sekarang agar Leon dapat melanjtukan hidupnya.
Dari contoh kasus tersebut inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi terapi yang kapasitas untuk sadar akan dirinya, meningkatkan kesadaran diri yang memotivasi atau mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup individu itu (Baldwin, 1987).

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Gina Permatasari - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -