- Back to Home »
- Kesehatan Mental#
Posted by : Unknown
Kamis, 06 Agustus 2015
Nama : Gina Permatasari
Kelas : 2PA06
NPM : 13513737
TUGAS KE-1
A. Konsep
sehat
Apa itu sehat? Mungkin
semua orang pernah atau sering mendengar kata sehat. Suatu kata yang ada di
dalam Kamus Bahasa Indonesia yang mempunyai banyak arti. Namun saya akan
menyimpulkan arti dari kata sehat dengan bahasa simple yang dapat dengan mudah
orang-orang pahami, sehat adalah terbebas/terhindar dari penyakit. Semua orang
selalu menanamkan kata itu kedalam kehidupannya, mulai dari bayi, anak-anak,
remaja hingga orang dewasa, namun tidak hanya memilikinya, tapi harus di
terapkan. Dalam postingan saya kali ini, saya akan memberikan penjelasan secara
menyeluruh tentang konsep sehat menurut dimensi-dimensinya, mengetahui sejarah
perkembangan kesehatan mental, serta disuguhkannya kedua penjelasan tersebut
menurut macam-macam teori kepribadian sehat menurut aliran-aliran dalam
psikologi.
Konsep sehat menurut
Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi
tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Dan menurut White
(1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan.
WHO pun mengembangkan defenisi
tentang sehat. Pada sebuah publikasi WHO tahun 1957, konsep sehat didefenisikan
sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar
dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki. Sementara konsep WHO
tahun 1974, menyebutkan Sehat adalah keadaan sempurna dari fisik, mental,
sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sementara Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan
sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia
sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunannya, dan
memelihara serta mengembangkannya.
Konsep sehat
berdasarkan :
Ø Dimensi Emosional
Menurut Goleman emosional merupakan hasil campur dari rasa takut, gelisah,
marah, sedih dan senang.
Ø Dimensi Intelektual
Memecahkan masalah dengan pikiran yang
tenang, yang dapat memecahkan masalah tersebut. Misalnya ,berhenti sejenak dan
memijit pada bagian kaki yang keseleo saat bermain futsal.
Ø Dimensi Fisik
Suatu kondisi tubuh yang di
haruskan dengan kondisi tubuh sehat.
Ø Dimensi Sosial
Seseorang dapat melakukan perannya dalam lingkup yang lebih besar dan dapat
berinteraksi dengan baik
Ø Dimensi Spiritual
Spiritual merupakan kehidupan kerohanian. Dengan menyerahkan diri dengan
bersujud dengan kepercayaan agama masing-masing. Misalnya , ketika di diagnosa
menderita penyakit kronis , adakalanya selalu memohon dan meminta kesembuhan
kepada Allah swt.
B. Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Kesehatan
menurut Freund (1991) “suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu
organisme atau bagian yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya
penyakit”, juga sampai pada kesimpulan mengenai kesehatan sebagai suatu keadaan
tidak adanya penyakit sebagai salah satu ciri kalau organisme disebut sehat.
Mental hygiene disebut juga ilmu kesehatan
mental merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda. Dulu orang berpendapat
gangguan keseimbangan mental itu disebabkan oleh gangguan roh jahat.
Kesehatan
mental di cetuskan oleh Adolf Meyer (psychiater)
berdasarkan saran Beers (mantan penderita sakit mental), membantu perkembangan
gerakan usaha kesehatan mental. Dialah yang mengemukakan istilah “Mental Hygiene”. Di amerika pada tahun
1908 terbentuk suatu organisasi “Connectitude
Society for Mental Hygiene”. Pada tahun 1909 berdirilah “The National Committee for Mental Hygiene”.
Di inggris pada tahun 1842 berdirilah organisasi “The Society for Improving the Condition Association for the Protection
of the Insane and the Prevention of Insanity”.
Akibat perang
dunia I dan II banyak terdapat penderita “war
neurosis” di kalangan anggota militer, sehingga gerakan Mental Hygiene makin besar usahanya
mencari metode yang efisien untuk mencegah gangguan mental serta mengadakan
pembaharuan dalam metode penyembuhan. Pada tahun 1930 Mental Hygiene mengadakan kongres pertama di Washington D.C. tahun
1946 Presiden Amerika Serikat menandatangani undang-undang “The National Mental Health Act” untuk
memajukan kesehatan mental rakyat Amerika, yang menyelenggarakan program mental hygiene antara lain:
WHO : Organisasi ini memberi
informasi dan penyuluhan mengenai kesehatan mental kepada anggota UNO. Mengadakan pengawasan terhadap alkoholisme,
pencegahan kriminal.
UNESCO : Untuk menstimulir penukaran
masalah informasi kebudayaan antar bangsa. Didalamnya terdapat suatu departemen
yang mengurusi masalah sosial
WFMH : Di dirikan pada tahun 1948.
Antara the internasional committee for
mental hygiene dengan the british association for mental health, merupakan
kelompok non govermental health agencies membantu
kesehatan di dunia.
Pasti semua orang ingin memiliki mental yang sehat tanpa terganggu apapun. Karna kesehatan mental dapat mempengaruhi aktivitas kita. Maka dari itu, kesehatan mental mempunyai tujuan yaitu :
· Mengusahakan agar manusia memiliki kempuan mental yang sehat.
· Mengusahakan pencegahan terhadap timbulnya sebab-sebab gangguan mental dan
penyakit mental.
· Mengusahakn pencegahan berkembangnya bermacam-macam gangguan mental dan
penyakit mental.
· Mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap gangguan dan penyakit
mental.
Teori Kepribadian
Sehat Menurut :
ALIRAN BEHAVIORISTIK
Pandangan behavioristic dengan
menekankan pada aspek observasi dan proses internal individu.Bagi mereka yang
beraliran kognitif. Pandangan bandura dirasakan lebih lengkap dibandingkan
pandangan ahli behavioristic lainnya. Oleh karena teorinya disebut teori
belajar social atau modeling. Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil
interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku,kognitif dan lingkungan.
Teorinya ini juga di dukung oleh percobaan eksperimental yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Singkatnya, Bandura menekankan pada
proses modeling sebagai sebuah proses belajar.Bandura membuka perspektif baru
dalam aliran behavioristic dengan menekankan pada aspek observasi dan proses
internal individu.Bagi mereka yang beraliran kognitif,pandangan Bandura ini
dirasakan lebih lengkap disbandingkan pandangan ahli behavioristic lainnya.
Teori utama dari Albert Bnadura
adalah observational learning atau modeling adalah factor penting dalam proses
belajar manusia.
C. Pendekatan Kesehatan Mental
ü Orientasi Klasik
Orientasi
klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan
sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat
adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya.
Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak
ada keluhan mental.
Sehat atau tidaknya
seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan
diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang
tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
Dengan menggunakan
orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari
konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar
norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan
sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran
sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan
lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat
atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain.
Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut.
ü Orientasi Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri
merupakan dasar bagi penentuan derajat kesehatan mental seseorang. Orang yang
dapat menyesuaikan diri secara aktif dan realistis sambil tetap mempertahankan
stabilitas diri mengindikasikan adanya kesehatan mental yang tinggi pada
dirinya. Sebaliknya mereka yang tidak mampu menyesuaikan diri secara aktif,
tidak realistik dan tidak stabil dirinya menunjukkan rendahnya kesehatan mental
pada dirinya. Dengan kata lain kemampuan penyesuaian diri merupakan variabel
utama dalam kesehatan mental. Dengan demikian dapat dipahami bahwa peningkatan
derajat kesehatan mental setara dengan peningkatan kemampuan penyesuaian diri
yang aktif, realistik disertai dengan stabilitas diri. Kemampuan penyesuaian
diri idealnya dilatih dan dibina sejak kecil
Dalam banyak literatur
psikologi kesehatan, pengembangan diri dan kemampuan penyesuaian diri merupakan
salah satu indikasi dari kepribadian yang sehat. Kita dapat melihat di
antaranya dalam uraian-uraian Gordon W. Allport, Carl Rogers, Abraham Maslow
dan Viktor Frankl. Pemikiran mereka menegaskan bahwa pribadi yang sehat selalu
ditandai dengan keinginan untuk tumbuh dan berkembang, berorientasi ke
masa depan sambil tetap realistis dan mampu melakukan inovasi bagi diri serta
lingkungannya. Artinya perbaikan kemampuan penyesuaian diri tidak hanya perlu
dilakukan pada mereka yang mengalami gangguan mental tetapi juga pada siapa
saja.
ü Orientasi Pengembangan Potensi
Mewujudnyatakan
potensi seperti bakat, kreativitas, minat dan lain-lain dalam diri individu.
Pelepasan sumber-sumber yg tersembunyi dari bakat, kreativitas, Energi dan
dorongan (Schultz, 991). Dibutuhkan fokus yang lebih untuk mencapai arah tujuan
atau potensi diri yang lebih dikembangkan. Pengembangan potensi ini juga
dipengaruhi peranan keluarga, sekolah dan masyarakat. Juga adanya kesempatan
yang diberikan lingkungan pada individu baik yang potensinya masih tersembunyi
maupun yang sudah ditemukan.
Kepribadian yang sehat
menurut Fromm
Fromm
memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang
demikian mencintai seutuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran
yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara obejektif, memiliki
suatu perasaan identitas yang kuat, berhubungan dengan dan berakar di dunia,
subjek atau pelaku dari diri dan takdir, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
Fromm
menyebutkan kepribadian yang sehat: orientasi produktif , yakni
suatu konsep yang serupa dengan kepribadian yang matang dari Allport, dan orang
yang mengaktualisasikan diri dari Maslow. Konsep itu menggambarkan penggunaan
yang sangat penuh atau realisasi dari potensi manusia. Dengan menggunakan kata
“orientasi” , Fromm menunjukan kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi
pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, respons-respons intelektual,
emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan
peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap diri sendiri.
Empat segi
tambahan dalam kepribadian yang sehat dapat membantu menjelaskan apa yang
dimaksudkan Fromm dengan orientasi produktif. Keempat segi tambahan itu adalah
cinta yang produktif, pikiran yang produktif, kebahagian dan suara hati.
Cinta yang
produktif adalah suatu hubungan manusia yang bebas dan
sederajat dimana rekan-rekan dapat mempertahankan individualitas mereka.
Tercapainya cinta yang produktif merupakan salah satu dalam prestasi-prestasi
kehidupan yang lebih sulit. Kita tidak “jatuh” dalam cinta; kita harus berusaha
sekuat tenaga karena cinta yang produktif menyangkut empat sifat yang menantang
– perhatian, tanggung jawab, respek, dan pengetahuan.
Pikiran yang
produktif meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan
objektivitas. Pemikir yang produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap
objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya.
Kebahagian adalah suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan
orientasi produktif; kebahagian itu menyertai seluruh kegiatan produktif. Fromm
menuliskan bahwa suatu perasaan kebahagian merupakan bukti bagaimana
berhasilnya seseorang “dalam seni kehidupan”. Kebahagian merupakan prestasi
kehidupan yang paling luhur.
Suara hati memiliki dua tipe, yakni suara hati otoriter dan suara hati humanisti. Suara
hati otoriter adalah penguasa yang berasal dari luar yang di internalisasikan,
yang memimpin tingkah laku orang itu. Sedangkan suara hati humanistis ialah
suara dari dalam diri dan bukan juga dari suatu perantara dari luar diri.
Pendoman kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat internak dan individual.
Orang bertingkah laku sesuai dengan apa yang cocok untuk berfungsi sepenuhnya
dan menyikapi seluruh kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang menghasilkan
seluruh persetujuan dan kebahagian dari dalam. Kesehatan jiwa dalam pandangan
Fromm di tetapkan oleh masyarakat, karena kodrat struktur sosial membantu atau
menghalangi kesehatan psikologis. Apabila masyarakat-masyarakat yang sakit,
maka satu-satunya cara untuk mencapai orientasi produktif ialah dengan hidup
dalam suatu masyarakat yang waras dan sehat, yaitu masyarakat yang memajukan
produktivitas.
Ciri-ciri
kepribadian yang sehat
Sebagai
organisme yang hidup dan terus tumbuh, kita didorong untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan fisiologis dasar akan rasa lapar, haus, dan seks yang
mebdorong semua organisme. Selain kita fleksibel dalam memuaskan
kebutuhan-kebutuhan ini, kebutuhan-kebutuhan tersebut juga tidak berbeda antara
diri kita dan binatang-binatang yang lebih rendah dan tidak begitu penting
dalam mempengaruhi kepribadian manusia.
Apa yang
penting dalam mempengaruhi kepribadian ialah kebutuhan-kebutuhan psikologis
yang tidak memiliki oleh hewan-hewan yang lebih rendah atau sederhana. Semua
manusia itu sehat dan ada juga yang tidak sehat hal ini di dorong oleh
kebutuhan-kebutuhan tersebut; perbedaanya terletak antara cara bagaimana
kebutuhan-kebutuhan ini terpuaskan. Orang-orang yang sehat memuaskan
kebutuhan-kebutuhan psikologis secara kreatif dan produktif. Orang yang sakit
memuaskan kebutuhan-kebutuhan dengan cara irasional.
Fromm
mengemukakan lima kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan.
Hubungan
Manusia menyadari hilangnya ikatan
utama dengan alam dan dengan satu sama lainnya. Kita mengetahui bahwa
kita masing-masing terpisah sendirian dan tak berdaya. Sebagai akibatnya, kita
harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang-orang lain; kita harus menemukan
suatu perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan ikatan-ikatan yang
hilang dengan alam. Fromm percaya bahwa pemuasaan kebutuhan untuk berhubungan
atau bersatu dengan orang lain ini sangat penting untuk kesehatan psikologis.
Tingkah laku yang irasional, bahkan penyakit jiwa, merupakan akibat yang tidak
dapat dielakan karena kegagalan dalam memuaskan kebutuhan ini. Dalam sistem
fromm, orang-orang yang tidak dapat mengamati dunia secara objektif, yang dapat
mengamatinya hanya menurut proses-proses batin, telah mengundurkan diri kedalam
diri mereka dan kehilangan seluruh kontak dengan kenyataan. Inilah definisi
tradisional tentang penyakit jiwa.
Trasendensi
Trasendensi berhubungan erat dengan
kebutuhan akan hubungan seperti kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi
peranan-peranan pasif sebagai ciptaan. Karena menyadari kodrat kelahiran dan
kematian aksidental dan watak eksistensi yang serampangan, manusia didorong
untuk melebihi keadaan tercipta menjadi pencipta, pembentuk yang aktif dari
kehidupannya sendiri. Fromm percaya bahwa dalam perbuatan menciptakan
(anak-anak, ide-ide, kesenian atau barang material) manusia mengatasi kodrat
eksistensi yang pasif dan aksidental, dengan demikian mencapai suatu perasaan
akan maksud dan kebebasan.
Berakar
Hakikat dari
kondisi manusia seperti kesepian dan tidak berartihal ini timbul dari pemutusan
ikatan-ikatan utama dengan alam. Tanpa akar-akar ini orang tak akan berdaya,
jelas merupakan kondisi yang amat berat.
Cara yang
ideal ialah membangun suatu perasaan persaudaraan denag sesama umat manusia,
suatu perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat.
Perasaan solidaritas denagn orang-orang lain ini memuaskan kebutuhan akan
berakar, untuk yang mengkoneksikan dan berhubungan dengan dunia luar.
Fromm mengemukakan
suatu cinta yang berfokus pada negaranya sendiri mengeluarkan cinta untuk
negara orang lain dan ini merupakan suatu bentuk pemujaan berhala, bukan atas
nama cinta.
Perasaan Identitas
Manusia juga membutuhkan suatu
perasaan identitas sebagai individu yang unik, suatu identitas menempatkannya
terpisah dari orang-orang lain dalam hal perasaanya tentang dia, siapa dan apa.
Cara yang sehat untuk memenuhi
kebutuhan ini ialah individualitas, proses seseorang menciptakan suatu perasaan
tertentu tentang identitas diri.
Orang-orang yang
mengalami individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti
lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk
oleh orang-orang lain.
Kerangka orientasi
Bersambung dengan pencarian suatu
perasaan diri yang unik ialah suatu pencarian frame of reference atau
konteks dengan mana seseorang menginterprestasikan semua gejala dunia. Setiap
individu harus merumuskan suatu gambaran konsisten tentang dunia yang
memberikan kesempatanuntuk memahami semua peristiwa dan pengalaman.
Dasar yang ideal untuk
kerangka orientasi adalah pikiran, yakni sarana yang digunakan seseorang untuk
mengembangkan suatu gambaran realitas dan objektif tentang dunia. Terkandung
dalam hal ini ialah kapasitas untuk melihat dunia secara objektif, untuk
menggambarkan dunia denagn tepat dan tidak mengubahnya dengan lensa-lensa
subjetif dari kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan didalam diri.
Daftar Pustaka :
Sarwono, Sarlito W. (2010). Pengantar psikologi umum. Jakarta:Rajawali Pers.
Sarwono, Sarlito W. (2010). Pengantar psikologi umum. Jakarta:Rajawali Pers.
Schultz,
Duane.(2011).psikologi pertumbuhan:model-model kepribadian
sehat.Yogyakarta:Kanisius
Semioun,
yustinus.2006. Kesehatan Mental 1.Yogyakarta : Kanisius
https://agnesdevia.wordpress.com/2013/03/23/konsep-sehat-sejarah-perkembangan-kesehatan-mental-pendekatan-kesehatan-mental/
Sutardjo A.
Wiraminardja.2010.Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika aditama
TUGAS KE-2
PANDANGAN
ALIRAN PSIKOANALISA DAN BEHAVIORISTIK TENTANG KEPRIBADIAN SEHAT
A. Memahami
dan Menjelaskan Pandangan Aliran Psikoanalisa tentang Kepribadian Sehat.
Teori
kepribadian dengan pendekatan psikodinamika sangat dipengaruhi oleh Sigmund Freud
(1856-1939) yaitu Bapak Psikoanalisa yang sangat terkenal. Aliran ini melihat
dari sisi negatif individu, masa lalu, analisis mimpi (jalan istimewa menuju
ketidaksadaran), dan juga alam bawah sadar, yang tersusun dari 3 sistem pokok
yaitu Id, Ego, dan Superego.
Id
Id merupakan system kepribadian yang asli dan
merupakan sumber energi utama bagi hidup manusia. Id merupakan rahim tempat ego
dan superego berkembang. Freud menyebut id “kenyataan psikis yang sebenarnya”,
karena id mempresentasikan dunia batin pengalaman subjektif dan tidak mengenal
kenyataan objektif. Id terdiri dari dorongan-dorongan biologis dasar seperti
kebutuhan makan, minum, seks, dan agresifitas.
Dalam Id terdapat dua jenis energi yang saling
bertentangan dan sangat mempengaruhi kehidupan individu, yaitu insting
kehidupan dan insting mati. Dorongan-dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan,
dan dalam pemuasannya Id selalu berupaya menghindari pengalaman-pengalaman yang
tidak menyenangkan (prinsip kesenangan atau Pleasure Principle).
Ego
Ego merupakan energi yang mendorong untuk mengikuti
prinsip kenyataan. Ego menjalankan fungsi pengendalian agar upaya pemuasan
dorongan Id itu realistis atau sesuai dengan kenyataan. Misalnya orang yang
lapar harus mencari, menemukan, dan memakan makanan sampai tegangan karena
merasa lapar dapat dihilangkan.
Superego
Sistem kepribadian ketiga dan yang terakhir
dikembangkan adalah superego. Superego adalah gambaran kesadaran akan
nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adapt istiadat, agama,
orangtua, guru, dan orang lain kepada anak. Karena itu pada dasrnya superego
adalah hati nurani seseorang yang menilai benar atau salahnya tindakan
seseorang. Itu berarti superego mewakili nilai-nilai ideal dan selalu
berorientasi pada kesempurnaan.
Aktivitas mental individu dalam beberapa tingkatan berdasarkan
sejauh mana individu menyadari gejala-gejala psikis yang timbul menurut Freud
yaitu sebagai berikut :
v Tingkat Sadar atau
Kesadaran (Conscious level)
Pada tingkat ini aktivitas mental dapat disadari
setiap saat seperti berpikir, persepsi, dan lain-lain.
v Tingkat Prasadar (Preconscious
level)
Pada tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala
psikis yang timbul bias disadari hanya apabila individu memperhatikannya,
misalnya memori, pengetahuan-pengetahuan yang telah dipelajari, dan lain-lain.
v Tingkat Tidak Disadari
(Unconscious level)
Pada tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala
psikis tidak disadari oleh individu. Gejala-gejala ini muncul misalnya dalam
dorongan-dorongan immoral, pengalaman-pengalaman yang memalukan,
harapan-harapan yang irasional, dorongan-dorongan seksual yang tidak sesuai
dengan norma masyarakat, dan lain-lain.
Tingkat tidak disadari inilah yang merupakan objek
studi psikoanalisa. Dikatakan Freud pada tahun 1942 : “Tujuan utama
psikoanalisa sebenarnya tidak lebih dari mencapai dan dapat mengungkap
kehidupan mental yang tidak disadari”. Teori Freud sendiri kemudian banyak
mengalami perkembangan baik oleh dirinya sendiri maupun oleh para pengikutnya
seperti : Alfred Adler, Karen Horney, Erick Fromm, dan lain-lain.
Perubahan penting yang dilakukannya sendiri adalh
konsep libido. Awlanya libido dianggap berasal dari dorongan seksual semata,
tetapi akhirnya Freud berpendapat bahwa libido merupakn dorongan kehidupan yang
jauh lebih luas daripada dorongan seksual semata. Karen Horney dan Erick Fromm
menekankan pentingnya pengaruh lingkungan social terhadap perkembangan kepribadian
individu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut aliran
psikoanalisa manusia bersifat terbatas, yaitu mengabaikan potensi-potensi yang
dimiliki manusia. Manusia dilihat dari sisi sakit, yaitu bahwa kodrat manusia
bersifat negatif (neurotics dan psikotis), dan juga kodrat manusia
digambarkan pesimistis, yaitu manusia adalah korban dari tekanan-tekanan
biologis dan juga konflik-konflik pada masa kanak-kanak.
Kepribadian Sehat
Psikoanalisa
1) Pada
alam pikiran tidak sadar dan kreativitas sebagai kompensasi untuk masa
anak-anak yang traumatis.
2)
Individu bersifat egois, tidak bermoral, dan tidak mau tahu kenyataan.
3)
Manusia sebagai homo-valens dengan berbagai dorongan dan keinginan.
4)
Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang.
5)
Manusia didorong oleh dorongan seksual agresif.
6)
Perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada
konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi.
B.
Aliran Behavioristik (Memahami dan Menjelaskan Pandangan Aliran Behavioristik
tentang Kepribadian Sehat)
Teori
kepribadian behaviristik bertolak dari dan menekankan pengaruh lingkungan atau
keadaan situasional terhadap perilaku. Tokoh-tokohnya adalah Rotter, Dollard,
Miller, dan Bandura. Para ahli tarsebut berpendapat bahwa perilaku merupakan
hasil interaksi yang terus menerus antara variable-variabel pribadi dengan
lingkungan. Dengan demikian individu dan situasi saling mempengaruhi.
Teori belajar
yang dianut oleh Dollard dan Miller menekankan pada konsep kebiasaan. Kebiasaan
adalah pertautan atau asosiasi antara suatu stimulus (isyarat) dan suatu
respons. Asosiasi-asosiasi atau kebiasaan-kebiasaan yang dipelajari tidah hanya
terbentik dari stimulus-stimulus eksternal dan respon-respon terbuka, tetapi
juga antara stimulus-stimulus dan respon-respon internal.
Jadi pola
perilaku dibentuk berdasarkan suatu proses kondisioning. Orang-orang disekitar
individu membentuk perilakunya dengan ganjaran dan hukuman. Disini terjadi pembentukan
pola perilaku dan penguatan melalui pengalaman langsung, tetapi perilaku juga
dapat terbentuk melalui pengalaman tidak langsung yaitu melalui pengalamn
terhadap perilaku orang lain disekitarnya (modeling).
Para teoritisi
behavioristik beranggapan bahwa perilaku seseorang itu ditentukan oleh cirri
khusus dari situasi yang dihadapi, misalnya situasinya di kelas atau di
lapangan bola, penafsiran individu terhadap situasi tersebut (pantas atau tidak
melakukan agresi), penguatan yang dialami pada tingkah lakunya dalam situasi
serupa (dihukum atau dipuji).
Jadi dapat
disimpulkan bahwa menurut aliran behavioristik manusia adalah suatu sistem
kompleks yang bertingkah laku dengan cara yang sesuai dengan hukum.
Ciri-cirinya tersusun dengan baik, teratur, banyak spontanitas, kegembiraan
hidup dan juga kreativitas. Manusia dianggap terbiasa dalam memberikan respons
positif terhadap stimulus dari luar sehingga manusia diangggap tidak memiliki
sikap diri sendiri karena potensi yang dimiliki manusia diabaikan.
Kepribadian Sehat
Behavioristik
1.
Manusia adalah makhluk perespon, lingkungan mengontrol perilaku.
2.
Manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
3.
Mementingkan faktor lingkungan.
4.
Menekankan pada faktor bagian.
5.
Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
6.
Sifatnya mekanis mementingkan masa lalu.
Daftar Pustaka :
Basuki, A.M. Heru.
(2008). Psikologi umum. Jakarta: Gunadarama.
Suryabrata, S. (2003).
Psikologi kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Hall, Calvin S &
Lindzey, G. (1993). Teori-teori sifat dan behavioristik. Yogyakarta:
Kanisius.
TUGAS KE-3
Kepribadian Sehat Menurut Humanistik
Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai
bapak dari psikologi humanistik. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap
psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan memfokuskan penelitiannya pada
manusia dengan ciri-ciri eksistensinya.
Humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar
psikologi dalam tahun 1950-an. Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari
psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl
Rogers.
Tokoh-tokoh psikologi humanistik memandang behaviorisme mendehumanisasi manusia. Psikologi humanistik mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia. Menurut Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Maslow terkenal karena teori motivasinya, yang
dituangkan dalam bukunya “Motivation and Personality”. Dalam
buku tersebut diuraikan bahwa pada manusia terdapat lima macam kebutuhan yang
berhirarki, meliputi:
1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the
psysiological needs)
2. Kebutuhan-kebutuhan rasa aman (the
safety needs/the security needs)
3. Kebutuhan rasa cinta dan memiliki (the
love and belongingness needs)
4. Kebutuhan akan penghargaan (the
self-esteem needs)
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (the
self-actualization needs)
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dikatakan berhirarki karena kebutuhan yang lebih tinggi menuntut dipenuhi apabila kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah sudah terpenuhi.
Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya kepada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari yang nampak, juga mempelajari perilaku yang tidak nampak; mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran. Introspeksi sebagai suatu metoda penelitian yang sudah disingkirkan, harus dikembalikan lagi sebagai metoda penelitian psikologi. (Walgito, B. 2002:78)
Ada empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu:
1. Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2. Memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti
kreativitas, aktualisasi diri, sebagai lawan pandangan tentang manusia yang
mekanistis dan reduksionistis.
3. Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang
akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
4. Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada
kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang
inheren pada setiap individu (Misiak dan Sexton, 1988).
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri.
Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat
manusia adalah optimis dan penuh harapan.
Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Asumsi dasar aliran ini yang membedakan dengan aliran lain adalah perhatian pada makna kehidupan bahwa manusia bukanlah sekedar pelakon tetapi pencari makna kehidupan. Aliran ini menganggap setiap orang memiliki kemampuan untuk lebih baik, memiliki pandangan yang optimistic dan berharap lebih baik.
Individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2: yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Aliran ini punya pandangan yang segar tentang manusia. Melihat potensi individu untuk tumbuh dan berkeinginan menjadi yang lebih baik. Aliran ini optimistik dan penuh harapan, percaya pada kapasitas individu untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan dan memenuhi diri seseorang untuk menjadi sesuai yang diinginkannya menurut kemampuannya.
Perbedaan Kepribadian Sehat Menurut Aliran Psikoanalisa, Behaviorisme Dan Humanistik
- PSIKOANALISA
Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif,
alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini juga
mengabaikan potensi yang dimiliki oleh manusia, selain itu juga berpendapat
bahwa manusia adalah makhluk yang berkeinginan (homo volens).Dalam pandangan
Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun yang
tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya.
Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari.
Pandangan kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit dari kodrat manusia, karana hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan psikotis. Aliran ini mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat; atau kebribadian yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik. Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak.
Aliran ini menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk pada usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id merupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang menggerakkan tingkah laku. Idberorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas.Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah.Superego berfungsi untuk merintangi dorongan id, terutama dorongan seksual dan sifat agresif, juga mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan moralistik, serta mengejar kesempurnaan.
Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis. Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku.
- BEHAVIORISME
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai
mesin, yaitu di dalam suatu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut
cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu
digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan
sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas,
seperti alat pengatur panas. Jadi, manusia dilihat oleh para behavioris sebagai
orang-orang yang memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari
luar dan manusia di anggap tidak memiliki diri sendiri.
Behaviorisme menekankan perspektif psikologi pada tingkah laku manusia, yakni bagaimana individu dapat memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, dan menjadi lebih mengetahui. Behaviorisme memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman, dan pemeliharaan atas bentuk perilakunya. Tujuan aliran psikologi Behaviorisme adalah mencoba memprediksi dan mengontrol perilaku manusia sebagai introspeksi dan evaluasi terhadap tingkah laku yang dapat diamati, bukan pada ranah kesadaran.
Hakikat aliran Behaviorisme adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Menurut B.F. Skinner, cara efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement) dan pemberian hukuman (punishment). Jadi, yang menjadi prinsip umum dalam aliran Behaviorisme adalam tingkah laku sebagai objek, refleks atas semua bentuk tingkah laku, dan pembentukan kebiasaan dalam individu.
- HUMANISTIK
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat,
individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya
sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada
masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang
baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri.
Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat
manusia adalah optimis dan penuh harapan.
Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa Kepribadian
sehat yaitu kepribadian yang diharapkan oleh banyak orang. Dengan kepribadian
sehat seseorang mampu melakukan segala aktifitas serta kegiatan positive
lainnya. Kepribadian sehat menurut teori humanistik adalah dimana seseorang
mampu mengembangkan semua potensi yang ada dalam dirinya. Ciri dari kepribadian
sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu
yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri
adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena
setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala
sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Gordon Allport (1897-1967)
Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk yang baik dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari teorinya, yaitu ”gambaran kodrat manusia adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung”. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuaan dari teori Allport.
Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kemudian Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini tang menjadi kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri kita.
Dalam tori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh Freud.
Perkembangan proprium sebagai dasar perkembangan kepribadian yang sehat
Allport mengemukakan bahwa semua fungsi diri atau fungsi egoyang telah dijelaskan disebut dengan fungsi proprium dari kepribadian. Fungsi-fungsi ini termasuk perasaan jasmaniah, identitas diri, harga diri, perluasan diri, rasa keakuan, pemikiran rasional, gambaran diri, usaha proprium, gaya kognitif dan fungsi mengenal. Semuanya merupakan bagian yang sebenarnya dan vital dari kepribadian. Fungsi-fungsi tersebut sama-sama memiliki suatu arti fenomenal dan “ makna penting”. Fungsi-fungsi itu bersama disebut sebagai proprium. Proprium itu tidak dibawa sejak lahir, melainkan berkembang karena usia.
Allport menunjukkan tujuh aspek dalam perkembangan proprium atau ke-diri-sendiri-an (self hood). Selama 3 tahun pertama, tiga aspek muncul, yakni : rasa diri jasmaniah, rasa identitas-diri berkesinambungan dan harga-diri atau rasa bangga. Antara usia 4 sampai 6 tahun, dua aspek lainnya muncul, yakni : perluasan diri (the extension of self), dan gambaran diri. Suatu waktu antara usia 6 dan 12 tahun, anak mengembangkan kesadaran-diri sehingga ia dapat menanggulangi masalah-masalahnya dan akal pikiran. Selama masa remaja, munculah intensi-intesi, tujuan-tujuan jangka panjang, dan cita-cita yang masih jauh. Aspek-aspek ini disebut usaha proprium.
Dengan penjelasan seperti dia atas, Allport ingin menghindari pendapat yang mengundang pertanyaan dari banyak teoritikus yang menyatakan bahwa diri atau ego itu serupa manusia mikro (homunculus) atau “ manusia yang berada di dalam dada” yang melakukan tugas mengorganisasikan, memegang kendali dan menjalankan sistem kepribadian. Ia mengakui pentingnya semua fungsi psikologis yang bersumber pada diri dan ego, namun ia berusaha keras menghindari teori yang memandang diri dan ego sebagai pelaku atau penggerak kepribadian.
Bagi allport, diri dan ego dapat digunakan sebagai kata sifat untuk menunjukkan fungsi-fungsi proprium di dalam seluruh bidang kepribadian.
Ciri-ciri kepribadian yang matang menurut allport
Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional.
Kualitas Kepribadian yang matang menurut allport sebagai berikut:
a. Ekstensi sense of self
· Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang
luas.
· Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain beserta minat mereka.
· Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)
· Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain beserta minat mereka.
· Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)
b. Hubungan hangat/akrab dengan orang lain
Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan
compassion (pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan
setiap orang)
c. Penerimaan diri
Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan
khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol
diri, presan proporsional.
d. Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan
Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan minat
dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas yang
dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau
tingkah laku lain yang merusak.
e. Objektifikasi diri: insight dan humor
Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain.
Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan secara
positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.
f. Filsafat Hidup
Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan
tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.
Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.
Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Lindsay,Gardner. Editor: Sugiyono. 1993. Psikologi Kepribadian 3 Teori-Teori Kepribadian dan Behavioristik. Kanisius : Yogyakarta
Sarwono,S.W.(2002).Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh
Psikologi.Jakarta : Bulan Bintang.
Schultz,Duane.(1991). Psikologi Pertumbuhan.Yogyakarta:Penerbit
Kanisius.
Walgito,B.(2003).Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Baihaqi,MIF.(2008). Psikologi Pertumbuhan, Kepribadian Sehat Untuk
Mengembangkan Optimisme. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 4-6.
Basuki, A.M. Heru. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Gunadarama.
TUGAS KE-4
Teori
Kepribadian Sehat Menurut Carl Rogers
Disini saya akan menjelaskan tentang teori kepribadian
sehat menurut Rogers, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu berfungsi
sepenuhnya. Mereka mampu mengalami secara mendalam keseluruhan emosi,
kebahagiaan atau kesedihan, gembira atau putus asa. Ciri-ciri dari pribadi
sehat ini adalah memiliki perasaan yang kuat, dapat memilih bertindak bebas,
kreatif dan spontan. Memiliki keberanian untuk menjadi ”ada” yaitu menjadi diri
sendiri tanpa bersembunyi dibalik topeng atau berpura-pura menjadi sesuatu yang
bukan dirinya.
Rogers mempunyai beberapa
metode, meliputi :
1. Positive approval self-reference
2. Negative or disapproval self reference
3. Ambivalent self-reference
4. Ambiguous self-reference
5. Reference to external object and persons, and questions
1. Perkembangan Kepribadian “ Self ”
Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Didalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.
Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai; “saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hari, dan menarik”. Alwisol (2006: 322)
2. Peranan Positive Rogers dalam Pembentukan Kepribadian Individu
Peranan positif Regard adalah sebagai suatu kebutuhan yang memaksa dan menyerap, dimiliki oleh semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive Regard. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive Regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
3. Ciri-ciri Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being) :
- Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang
menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi
baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang
positip maupun negatif.
- Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap
pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu
berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman
selanjutnya.
- Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap
pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang
dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat
mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
- Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya
paksaan -paksaan atau rintangan -rintangan antara alternatif pikiran dan
tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi
mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya
sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat
banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin
dilakukannya.
- Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan
kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki
kreativitas dengan ciri -ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah,
bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang
beraneka ragam di sekitarnya
Daftar Pustaka :
Jarvis, Matt. (2006). Teori-Teori Psikologi.
Bandung: Nusa Media dan Nuansa.
TUGAS KE-5
Memahami dan menjelaskan teori kepribadian sehat menurut Abraham Maslow
yang meliputi :
1. Hierarki kebutuhan manusia
Jawab :
Maslow
mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut
teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang
berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang
tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut.. Maslow membuat tingkatan
kebutuhan manusia menjadi lima karakteristik. sebagai berikut:
ü Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman,
tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami
kekurangan makanan, harga diri, dan cinta, pertama-tama akan mencari makanan
terlebih dahulu. Bagi orang yang berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan,
tak ada minat lain kecuali makanan. Tidak diragukan lagi bahwa kebutuhan
fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti
bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam
kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah
kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang
individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh
kebutuhan-kebutuhan ini
ü Kebutuhan akan rasa aman
Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan
Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini
menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan,
kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur,
ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati
pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia atau
lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan
sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan
menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki
kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari
hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan. Untuk pribadi yang sehat,
kebutuhan rasa aman tidak berlebih-lebihan atau selalu mendesak. Kebanyakan
diantara kita ini tidak menyerah atau sama sekali tunduk kepada
kebutuhan-kebutuhan rasa aman, tetapi dalam pada itu juga kita merasa tidak
puas kalau jaminan dan stabilitas sama sekali tidak ada.
ü Kebutuhan-kebutuhan
akan memiliki dan cinta
Kita dapat menggabungkan diri dengan suatu kelompok atau perkumpulan,
menerima nilai-niai dan sifat-sifat atau memakai pakaian seragam dengan maksud
merasakan perasaan memiliki. Kita memuaskan kebutuhan-kebutuhan kita akan cinta
dengan membangun suatu hubungan akrab dan penuh perhatian dengan orang lain
atau dengan orang-orang pada umunya. Dalam hubungan-hubungan ini, memberi dan
menerimacinta adalah sama penting.
Semakin lama
semakin sulit memuaskan kebutuhan akan memiliki dan cinta karena mobiitas kita,
oleh karena itu Maslow berpendapat bahwa kesulitan untuk memuaaskan
kebutuhan-kebutuhan tersebut menjelaskan aktivitas-aktivitas kelompok yang
dilakukan sebagai cara melarikan diri dari kesepian dan isolasi yang merupakan
akibat yang tidak dapat dielakkan dari kegagalan dalam mencapai perasaan cinta
dan memiliki.
ü Kebutuhan sosial
Setelah terpuaskan
kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan
rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi
motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini,belum pernah
sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya seorang sahabat, kekasih,
isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh
kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan)
di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai
dan mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa
bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia pernah meremehkan
cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak penting. Sekarang ia
akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan,
tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.
Maslow percaya bahwa makin lama makin sulit memuaskan kebutuhan akan
memiliki dan cinta kerena mobilitas kita.begitu sering kita berganti rumah,
tetangga, kota, bahkan pathner, sehingga kita tidak dapat berakar. Kita tidak
cukup lama berada disuatu tempat untuk mengembangkan perasaan yang memiliki.
Banyak orang dewasa merasakan kesepian dan terisolasi, meskipum mereka hidup
ditengah-tengah orang banyak.
ü Kebutuhan akan penghargaan
Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara
internal dan eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga
diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal)
menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan,
ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang
yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan
lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan
menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta
perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat kebutuhan ini
adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang menghambat
perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi goreng
atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.
ü Kebutuhan akan aktualisasi diri
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya.
Kebutuhan manusia untuk tumbuh berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut
oleh Maslow sebagai aktualisasi diri. Maslow juga menyebut aktualisasi diri
sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa
menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya
muncul setelah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara
memadai. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting
dalam teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir menjadikan
kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk membina manusia
berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul gagasan tentang perlunya jembatan
antara kemampuan majanerial secara ekonomis dengan kedalaman spiritual. Manajer
yang diharapkan adalah pemimpin yang handal tanpa melupakan sisi kerohanian.
Dalam konteks ini, piramida kebutuhan Maslow yang berangkat dari titik tolak
kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri diputarbalikkan. Dengan demikian
perilaku organisme yang diharapkan bukanlah perilaku yang rakus dan
terus-menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang lebih suka
memahami daripada dipahami, memberi daripada menerima.
Konsep yang mendasar bagi teori maslow adalah manusia di motivasikan oleh
sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak
berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut tidak semata-mata bersifat fisiologis tetapi juga psikologis.
Kebutuhan-kebutuhan itu merupakan inti dari kodrat manusia, hanya saja manusia
lemah dan mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar, kebiasaan atau
tradisi yang keliru. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah aspek instrinsik kodrat manusia
yang tidak akan mati karena kebudayaan. Suatu kebutuhan dapat dikatakan sebagai
kebutuhan dasar jika memenuhi syarat sebagai berikut :
Ø ketidak-hadirannya
menimbulkan penyakit
Ø kehadirannya
mencegah timbulnya penyakit
Ø pemulihannya
menyembuhkan penyakit
Ø dalam situasi
tertentu yang sangat komplek dan dimana orang bebas memilih, orang yang sedang
berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan jenis-jenis
kepuasan lainnya.
Ø Kebutuhan itu
tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
Suatu catatan yang diberikan oleh Maslow bahwa meskipun kebutuhan manusia
bertingkat-tingkat, namun jangan terlalu kaku menanggapinya, mungkin saja orang
yang belum terpenuhi kebutuhan makanannya juga menginginkan rasa aman, atau
orang yang belum sempurna rasa amannya juga menginginkan kasih sayang atau
orang pada tingkat rendah mungkin akan terpuaskan hanya dengan makanan saja dan
seterusnya
2. Kepribadian sehat menurut Abraham Maslow
Individu
digambarkan sebagai organisme yang tersusun baik, teratur, dan ditentukan
sebelumnya dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, dan kreativitas. Semua
individu dapat menemukan dalam pengalaman dan potensi dalam kepribadian
mereka yang tidak pernah disadari bahwa mereka memilikinya. Tekanan yang tidak
begitu banyak pada penyembuhan konflik-konflik yang ada hubungannya dengan masa
kanak-kanak dan luka-luka emosional pada masa lampau dibandingkan dengan
pelepasan sumber yang tersembunyi dari bakat, kreativitas, energi, dan
dorongan. Kodrat manusia adalah optimistis dan penuh harapan. Setiap manusia
memiliki kapasitas kita untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan
memenuhi diri mereka sendiri serta untuk menjadi semuanya menurut kemampuan
mereka sendiri.
Pada tingkat kebutuhan-kebutuhan
dari Abraham Maslow, menyatakan bahwa kebutuhan fisiologis dan rasa aman harus
dipuaskan sebelum kebutuhan-kebutuhan lain dapat timbul hingga mencapai yang
tertinggi yaitu aktualisasi diri. Sifat pengaktualisasian diri dari Maslow merupakan
sifat yang diinginkan dan diharapkan untuk dimiliki oleh seorang yang sehat.
Pengaktualisasian diri merupakan orang yang baik hati, sopan, jujur, dan penuh
perhatian dan masyarakat dapat menjadi tempat kehidupan yang lebih cocok
apabila lebih banyak menampilkan sifat-sifat ini dan inidividu akan menjadi
lebih bahagia apabila berada disekitar orang-orang yang lebih
mengaktualisasikan diri. Orang yang sehat ini tampaknya sempurna dari
dalam hal, dalam memahami dan menerima diri mereka dan orang-orang lain, dalam
kewajaran dan spontanitas mereka, dalam perhatian dan perasaan belas kasihan
terhadap manusia dan dalam toleransi mereka terhadap orang-orang lain serta
dalam kemampuan mereka untuk melawan oengaruh-pengaruh sosial.
Maka, Abraham Maslow
menyatakan dengan jelas “apabila anda dengan sengaja merencanakan untuk menjadi
kurang daripada kemampuan anda, maka saya memperingatkan bahwa anda tidak akan
berbahagia dalam kehidupan anda selanjutnya”, maksudnya adalah meneliti
berbagai caara bagaimana kita menjadi menurut kemampuan kita.
3. Perbedaan “meta needs” dengan “deficiency
needs”
v Metaneeds
Metaneeds
merupakan keadaan-keadaan pertumbuhan atau tujuan kearah mana pengaktualisasian
diri bergerak. Maslow menyebutkan bahwa kebutuhan tersebut merupakan tujuan
dalam diri sendiri dan bukan alat untuk mencapai tujuan lain,
keadaan-keadaan ada dan bukan berjuang kearah objek tujuan khusus. Apabila
keadaan-keadaan ini ada sebagai suatu kebutuhan, maka kegagalan untuk memuaskan
atau mencapai keadaan tersebut akan menyakitkan, seperti kegagalan untuk
memuaskan beberapa kebutuhan yang lebih rendah. Kegagalan metakebutuhan (metaneeds)
menyebabkan metapatologi yang artinya suatu perasaan yang tidak enak dan
tidak terbentuk yang merupakan pengurangan atau hambatan pertumbuhan dan
perkembangan manusia yang penuh.
v Dificiency needs :
Abraham Maslow
menggariskan lima kebutuhan manusia utama yang harus dipenuhi dan empat
kebutuhan utama disebut deficiency needs, Maslow meyebutkan ini karena
kita harus memuaskan dengan bertahan hidup. Keempat kebutuhan tersebut adalah
kebutuhan fisiologis yaitu terdiri dari kebutuhan makan, minum, udara,
kehangatan air, dan tidur. Setelah itu, kita harus memenuhi kebutuhan
keselamatan kita yaitu harus merasa aman didunia dengan memiliki teman,
keluarga, dan agama. Kemudian kebutuhan cinta sebagai manusia yang perlu merasa
dicintai dan dihargai dan yang terakhir merupakan kebutuhan akan penghargaan,
bahwa kita harus merasa baik terhadap apa yang kita lalkukan dan diakui orang
lain sebagai baik pada apa yang kita lakukan.
4. Ciri-ciri actualized people
· Mengamati Realitas Secara Efisien
Mereka tidak memandang dunia hanya
sebagaimana mereka inginkan atau butuhkan, tapi mereka melihatnya sebagaimana
adanya. Bahwa pengaktualisasi diri adalah hakim yang teliti pada orang lain,
mampu menemukan dengan cepat penipuan dan ketidakjujuran.
· Penerimaan Umum atas Kodrat, Orang-orang Lain dan Diri
Sendiri
Orang yang mengaktualisasikan diri
menerima diri mereka, kelemahan dan kekuatan mereka tanpa keluhan atau
kesusahan. Sesungguhnya, mereka tidak terlampau banyak memikirkannya.
· Spontanitas, Kesederhanaan, Kewajaran
Dalam semua segi kehidupan,
pengaktualisasian diri bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa
berpura-pura. Mereka tidak harus menyembunyikan emosi mereka, tapi dapat
memperlihatkan emosi mereka dengan jujur. Dalam istilah sederhana, kita dapat
berkata, orang ini bertingkah laku secara kodrati, yakni sesuai dengan kodrat
mereka.
· Fokus pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka
Orang yang mengaktualisasikan diri
yang dipelajari Maslow, melibatkan diri pada pekerjaan. Tanpa pengecualian, mereka
memiliki suatu perasaan akan tugas yang menyerap mereka dan mereka mengabdikan
kebanyakan energi mereka kepadanya. Bahwa tidak mungkin menjadi orang yang
mengaktualisasikan diri tanpa perasaan dedikasi ini.
· Kebutuhan akan Privasi dan Independensi
Orang yang mengaktualisasikan diri
memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Meskipun
mereka tidak menjauhkan diri dari kontak dengan manusia, mereka rupanya tidak
membutuhkan orang lain. Mereka tidak tergantung pada orang lain untuk kepuasan
mereka dengan demikian mungkin mereka menjauhkan diri dan tidak ramah. Tingkah
laku dan perasaan mereka sangat egosentris dan terarah pada diri mereka
sendiri.ini artinya mereka memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai
keputusan, dan melaksanakan dorongan dan disiplin mereka sendiri.
· Berfungsi secara Otonom
Kemampuan pengaktualisasian diri
berfungsi secara otonom oleh motif kekurangan, maka mereka tidak lagi di dorong
oleh motif kekurangan, maka mereka tidak tergantung pada dunia yang nyata untuk
kepuasan mereka karna pemuasan dari motif pertumbuhan datang dari dalam.
Sebaliknya pemuasan akan cinta, penghargaan, dan kebutuhan lain yang lebih
rendah tergantung pada sumber dari luar.
· Apresiasi yang Senantiasa Segar
Pengaktualisasi diri senantiasa
menghargai pengalaman tertentu bagaimana seringnya pengalaman itu terulang,
dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona, dan kagum.
Suatu pandangan yang bagus atau menyegarkan pada dorongan setiap hari untuk
bekerja.
· Pengalaman Mistik atau “Puncak”
Ada kesempatan dimana orang yang
mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang
hebat dan meluap-luap, sama seperti pengalaman keagamaan yang mendalam. Selama
pengalaman puncak ini, yang dianggap Maslow adalah biasa dikalangan orang yang
sehat, diri di lampaui, dan orang itu digenggam oleh suatu perasaan kekuatan,
kepercayaan dan kepastian, suatu perasaan yang dalam bahwa tidak ada sesuatu
yang tidak dapat diselesaikannya atau menjadi.
· Minat Sosial
Pengaktualisasikan diri memiliki
perasaan empati dan afeksi yang kuat dan dalam pada semua manusia, juga suatu
keinginan untuk membantu kemanusiaan.
· Hubungan Antarpribadi
Pengaktualisasian diri mampu mengadakan
hubungan yang lebih kuat dengan orang lain dari pada orang yang memiliki
kesehatan jiwa yang biasa. Mereka mampu memiliki cinta yang lebih besar dan
persahabatan yang lebih dalam, dan identifikasi yang lebih sempurna dengan
individu lain.
· Struktur Watak Demokratis
Orang yang sangat sehat membiarkan
dan menerima semua orang tanpa memperhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan,
atau agama, ras. Perbedaan serupa itu tidak masalah bagi pengaktualisasian
diri. Tetapi tingkah laku mereka lebih dalam dari pada toleransi.
· Perbedaan antara Sarana dan Tujuan, antara Baik dan
Buruk
Pengaktualisasian diri membedakan
dengan jelas antara sarana dan tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita-cita jauh
lebih penting dari pada sarana untuk mencapainya. Akan tetapi, hal ini lebih
sulit karna kegiatan dan pengalaman tertentu yang merupakan sarana bagi orang
yang kurang sehat kerap dianggap oleh pengaktualisasian diri sebagai tujuan
dalam dirinya sendiri.
· Perasaan Humor yang Tidak Menimbulkan Permusuhan
Orang yang sepenuhnya sehat berbeda
dari individu biasa dalam apa yang mereka anggap humor yang menyebabkan mereka
tertawa. Orang yang kurang sehat menertawakan tiga macam humor: humor
permusuhan yang menyebabkan seseorang merasakan sakit, humor superiroritas yang
mengambil keuntungan dari perasaan rendah diri orang lain atau kelompok dan
humor pemberontakan terhadap penguasa yang berhubungan dengan suatu situasi
Oedipus atau percakapan cabul.
· Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu sifat
yang akan diharapkan seseorang dari pengaktualisasian diri. Mereka adalah asli,
inventif, dan inofativ, meskipun tidak selalu dalam pengertian menghasilkan
suatu karya seni; tidak semua mereka dalah penulis, seniman, atau pengubah
lagu.
· Resistensi terhadap Inkulturasi
Pengaktualisasian diri dapat berdiri
sendiri dan otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh sosial, untuk berpikir
atau bertindak menurut cara tertentu. Mereka mempertahankan otonomi batin,
tidak terpengaruh oleh kebudayaan mereka, dibimbing oleh diri mereka bukan oleh
orang lain
Sumber :
Schultz,Duane.1991.Psikologi Pertumbuhan,Yogyakarta;Kanisius
Halgin P. Richard & Susan Krauss
Whitbourne.2009.Psikologi Abnormal.
Jakarta;Salemba Humanika
http://makalahpsikologi.blogspot.com/2010/08/kepribadian – sehat – menurut abraham. Html
http://psudiantoro.blogspot.com/2012/04/memahami-dan-menjelaskan-konsep-abraham.html
TUGAS KE-6
Memahami dan menjelaskan konsep Fromm mengenai Kesehatan Mental
1.
Pengertian
dasar teori Fromm
Erich Fromm lahir di Frankfurt, Jerman pada tanggal 23
Maret 1990. Ia belajar psikologi di University Heidelberg, Frankfurt, dan
Munich. Setelah memperoleh gelar Ph.D dari Heidelberg tahun 1922, ia belajar
psikoanalisis di Munich dan pada Institut psikoanalisis Berlin yang terkenal
waktu itu. Tahun 1933 ia pindah ke Amerika Serikat dan mesngajar di Institut
psikoanalisis Chicago dan melakukan praktik privat di New York City.
Ia pernah mengajar pada sejumlah universitas dan
institut di negara tersebut dan di Meksiko. Terakhir, Fromm tinggal di Swiss
dan meninggal di Muralto, Swiss pada tanggal 18 Maret 1980. Sebelum mengulas
tentang teori kepribadian dari Fromm, beberapa pengalaman mempengaruhi
pandangan Fromm, antara lain pada umur 12 tahun ia menyaksikan seorang wanita
cantik dan berbakat, sahabat keluarganya, bunuh diri. Fromm sangat terguncang
karena kejadian itu. Tidak ada seorang yang memahami mengapa wanita tersebut
memilih bunuh diri. Ia juga mengalami sebagai anak dari orangtua yang neurotis.
Ia hidup dalam satu rumah tangga yang penuh ketegangan.
Ayahnya seringkali murung, cemas, dan muram. Ibunya
mudah menderita depresi hebat. Tampak bahwa Fromm tidak dikelilingi
pribadi-pribadi yang sehat. Karena itu, masa kanak-kanaknya merupakan suatu
laboratorium yang hidup bagi observasi terhadap tingkah laku neurotis.
Peristiwa ketiga adalah pada umur 14 tahun Fromm melihat irrasionalitas melanda
tanah airnya, Jerman, tepatnya ketika pecah perang dunia pertama. Dia
menyaksikan bahwa orang Jerman terperosok ke dalam suatu fanatisme sempit dan
histeris dan tergila-gila. Teman-teman dan kenalan-kenalannya terpengaruh.
Seorang guru yang sangat ia kagumi menjadi seorang fanatik yang haus darah.
Banyak saudara dan teman-temannya yang meninggal di parit-parit perlindungan.
Ia heran mengapa orang yang baik dan bijaksana tiba-tiba menjadi gila.
Dari pengalaman-pengalaman yang membingungkan ini,
Fromm mengembangkan keinginan untuk memahami kodrat dan sumber tingkah laku
irasional. Dia menduga hal itu adalah pengaruh dari kekuatan sosio-ekonomis,
politis, dan historis secara besar-besaran yang mempengaruhi kodrat kepribadian
manusia. Fromm sangat dipengaruhi oleh tulisan Karl Marx, terutama oleh
karyanya yang pertama, The Economic and Philosophical Manuscripts yang ditulis
pada tahun 1944. Fromm membandingkan ide-ide Freud dan Marx, menyelidiki
kontradiksi-kontradiksinya dan melakukan percobaan yang sintesis. Fromm
memandang Marx sebagai pemikir yang lebih ulung daripada Freud dan menggunakan
psokoanalisa, terutama untuk mengisi celah-celah pemikiran Marx.
Pada tahun 1959, Fromm menulis analisis yang sangat
kritis bahkan polemis tentang kepribadian Freud dan pengaruhnya, sebaliknya
berbeda sekali dengan kata-kata pujian yang diberikan kepada Marx pada tahun
1961. Meskipun Fromm deapat disebut sebagai seorang teoritikus kepribadian
Marxian, ia sendiri lebih suka disebut humanis dialetik. Tulisan-tulisan Fromm dipengaruhi
oleh pengetahuannya yang luas tentang sejarah, sosiologi, kesusastraan, dan
filsafat.
Tema dasar dari dasar semua tulisan Fromm adalah
individu yang merasa kesepian dan terisolir karena ia dipisahkan dari alam dan
orang-orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies
binatang, itu adalah situasi khas manusia. Dalam bukunya Escape from Freedom
(1941), ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari abad ke
abad, maka mereka juga makin merasa kesepian (being lonely). Jadi, kebebasan
menjadi keadaan yang negatif dari mana manusia melarikan diri. Dan jawaban dari
kebebasan yang pertama adalah semangat cinta dan kerjasama yang menghasilkan
manusia yang mengembangkan masyarakat yang lebih baik, yang kedua adalah manusia
merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang kemudian dapat menyesuaikan diri
dengan masyarakat.
Teori Erich fromm adalah teori yang menggunakan
pendekatan sosial psikologis dimana pemusatan perhatianya pada penguraian
cara-cara dimana struktur dan dinamika-dinamika masyarakat tertentu membentuk
para anggotanya sehingga karakter para anggota tersebut sesuai dengan nilai
yang ada pada masyarakat
Karena pada dasarnya manusia terpisah dari alam dan
dari sesamanya maka cara mempersatukan adalah melalui belajar bagaimana
mencitai atau bagaimana meemukan keamanan dengan menyelaraskan keinginannya
dengan masyarakat yang otoriter , karna manusia adalah mahluk yang memiliki
kesadran pikiran akal sehat daya akal, kesanggupan untuk mencintai , perhatian
tanggung jawab integritas bisa di lukai mengalami kesedihan sehingga apbila
dalam kaitanya manusia kurang dalam menanggapi hal yang di sebutkan tersebut
maka manusia tersebut bisa di katakan tidak sehat secara mental menurut Eric
fromm.
Ø Kebutuhan
dasar manusia menurut eric fromm
a. Kebutuhan akan keberhubungan kebutuhan ini adalah
secara spesifik aktif dan produktif mencintai orang lain
b. Kebutuhan akan trandensi mengungguli alam menjadi
mahluk yang kreatif
c. Kebutuhan akan kemantapan ingin meiliki rasa
bersahaja pada dunia dan orang lain supaya dapat beradaptasi di dunia.
d. Kebutuhan akan idenditas brusaha untuk memiliki
rasa idenditas personal dan keunikan guna menciptakan rasa yang terlepas dari
dunia
e. Kebutuhan akan kerangka orientasi untukmencptakan
rasa yang terlepas dari dunia.
2. Kepribadian
yang sehat menurut Fromm
Kepribadian sehat menurut Eric from adalah penyesuaian
diri seseorang dalam masyarakat merupakan kompromi antara kebutuhan-kebutuahn
batin dan tuntutan dari luar dan seseorang menerapkan kerakter sosial untuk
memenuhi harapan masyarakat kepribadian sehat juga adanya keinginan untuk
mencintai dan di cintai dalam bukunya Art Of Love erik Fromm mengutarakan :
Dalam Civilization and Its Discontents (1930), seperti
dikutip oleh Eric Fromm dalam Masyarakat yang Sehat (Terjemahan Thomas Bambang
Murtianto, 1995) ia menulis:
“Manusia, setelah menemukan lewat pengalamannya bahwa
cinta seksual (genital) memberinya kepuasan puncak, maka makna cinta
seksual-genital menjadi prototipe bagi semua bentuk kebahagiaan manusia.
Karenanya manusia terdorong mencari kebahagiaan yang ada kaitannya dengan
hubungan seks, menempatkan erotisme genital sebagai titik pusat kehidupannya….
Dengan melakukan itu manusia menjadi sangat tergantung pada dunia luar, pada
obyek cinta pilihannya, atau sungguh merasa kehilangan bila ditinggal mati atau
ditinggal kabur.”
Kepribadian yang sehat adalah orientasi produktif.
Konsep itu menggambarkan penggunaan yang sangat penuh atau realisasi dari
potensi manusia. Dengan menggunakan kata “orientasi”, Fromm menunjukkan bahwa
kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua
segi kehidupan, renspons-respons intelektual, emosional, dan sensoris terhadap
orang-orang, benda-benda, dan peristiwa- peristiwa didunia dan terhadap diri.
Menjadi produktif berarti orang menggunakan semua
tenaga dan potensinya. Kata “produktif” mungkin menyesatkan karena kita
cenderung memikirkan kata itu dalam pengertian manghasilkan sesuatu seperti
barang-barang material, karya-karya seni atau ide-ide. Fromm mengartikan kata
itu jauh lebih luas daripada ini. Mungkin berguna kalau memikirkan
produktivitas itu sinonim dengan berfungsi sepenuhnya, mengaktualisasikan diri,
mencintai, keterbukaan, dan mengalami. Orang-orang sehat menciptakan diri
mereka dengan melahirkan semua potensi mereka, dengan menjadi semua menurut
kesanggupan mereka, dengan memenuhi semua kapasitas mereka.
3. Ciri-ciri
kepribadian yang sehat
Cinta yang produktif, pikiran yang produktif,
kebahagiaan, dan suara hati.
Karena cinta yang produktif menyangkut empat sifat
yang menantang perhatian, tanggung jawab, respek dan pengetahuan. Mencintai
orang-orang lain berarti memperhatikan (dalam pengertian memelihara mereka),
sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan mereka, dan membantu pertumbuhan
dan perkembangan mereka. Hal ini berarti memikul tanggung jawab untuk
orang-orang lain, dalam pengertian mau mendengarkan kebutuhan-kebutuhan mereka
juga orang-orang yang dicintai dipandang dengan respek dan menerima
individualitas mereka, mereka dicintai menurut siapa dan apa adanya. Dan untuk
menghormati mereka, kita harus memiliki pengetahuan penuh terhadap mereka, kita
harus memahami mereka siapa dan apa secara objektif.
Pikiran yang produktif meliputi kecerdasan,
pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir produktif didorong oleh perhatian yang
kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi olehnya dan
memperhatikannya. Fromm percaya bahwa semua penemuan dan wawasan yang hebat
melibatkan pikiran objektif, dimana pemikir-pemikir didorong oleh ketelitian,
dan perhatian untuk menilai secara objektif seluruh masalah.
Kebahagiaan merupakan prestasi (kita) yang paling
hebat. Fromm membedakan dua tipe suara hati otoriter dan suara hati humanistis.
Suara hati otoriter adalah penguasa dari luar yang diinternalisasikan, yang
memimpin tingkah laku orang itu. Penguasa itu dapat berupa orang tua, Negara,
atau suara kelompok lainnya yang mengatur tingkah laku melalui ketakutan orang
itu terhadap hukuman karena melanggar kode moral dari penguasa. Suara hati
humanistis ialah suara dari diri dan bukan dari suatu perantara dari luar.
Pedoman kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat internal dan individual.
Orang bertingkah laku sesuai dengan apa yang cocok untuk berfungsi sepenuhnya
dan menyingkap seluruh kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang menghasilkan
rasa persetujuan dan kebahagiaan dari dalam. Jadi, kepribadian yang sehat dan
produktif memimpin dan mengatur diri sendiri.
Sumber :
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan
Model-Model Kepribadian Sehat.
Yogyakarta:
Kanisius.
TUGAS KE-7
A. PENGERTIAN PENYESUAIAN DIRI, KONSEP DIRI
DAN PERTUMBUHAN PERSONAL
Apakah Penyesuaian
diri itu?
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk
mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri
individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat
diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan
yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
Dalam
kehidupan sehari-hari, Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan
penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu
yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena
ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga,
sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui
bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka
untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan.
Penyesuaian diri merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat. Dengan
demikian penyesuaian diri yang efektif dapat diukur dari seberapa baik individu
dalam menghadapi dan mengatasi kondisi yang senantiasa berubah. Kemampuan
individu untuk menyamakan diri dengan harapan kelompok. Individu yang sehat
mestinnya mampu memahami harapan kelompok tempat individu yang bersangkutan
menjadi anggotannya dan melakukan tindakan sesuai yang di harapkan. Penyesuian
diri juga bisa dipahami sebagai mengatur kembali ritme hidup atau jadwal
harian. Orang yang memiliki penyesuian diri yang baik adalah orang yang dengan
cepat mampu mengelolah dirinnya menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi .
Haber dan Runyon (1984), mengusulkan beberapa karakteristik penyesuaian
diri yang efektif:
- Persepsi yang tepat terhadap realita: mampu mengenali konsekuensi dari tindakan dan mengarahkan perilaku yang sesuai, mampu menyusun dan memodifikasi tujuan yang realistic dan berusahan untuk mencapai tujuan tersebut.
- Mampu menghadapi dan mengatasi stress dan kecemasan.
- Memiliki gambaran diri (self image) yang positif: menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, mengharagai kekuatan yang dimiliki dan menerima kelemahan dengan cara yang positif.
- Mampu mengekspresikan perasaan secara terkendali. Orang yang sehat secara emosional mampu merasakan dan mengekspresikan nuansa emosi dan perasaan sehingga memungkinkan untuk membangun dan memilihara hubungan interpersonal yang penuh makna.
- Memiliki hubungan interpersonal yang baik: mampu membina keakraban dalam hubungan sosialnya, nyaman berinteraksi dengan lingkungan menghargai dan dihargai orang lain.
Kesehatan mental seseorang sering kali dihubungkan dengan kemampuan
penyesuaian dirinya. Kehidupan yang tidak selamanya berjalan lancar dan sesuai
keinginan, serta hambatan dan pemenuhan pemenuhan kebutuhan dan pemuasan diri
sehingga mengganggu kapasitas penyesuaian diri seseorang. Kondisi demikian
menimbulkan tekanan yang harus dihadapi individu yang bersangkutan. Konflik dan
frustrasi yang bersumber dari faktor internal dan eksternal menjadi sumber
stress (Coleman, 1950).
Shoben (dalam Korchin, 1976) menyebutkan istilah penyesuaian integrative
(integrative adjustment), yang ditanda oleh pengendalian diri, tanggungjawab
pribadi dan sosial, minat sosial yang demokratik, dan ide-ide ideal.
Penyesuaian diri dan pertumbuhan personal
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamika yang hampir selalu
membutuhkan perubahan dan adaptasi, dan dengan demikian semakin tetap dan tidak
merubah respons-respons itu, maka semakin sulit juga menangani
tuntutan-tuntutan yang berubah. Kenyataan ini menjelaskan pengaruh-pengaruh
yang menghancurkan kepribadian seseorang. Orang yang mengalami depresi karena
sering kali merasa sulit menyesuaikan diri dengan pola tingkah laku yang di
perlukan. Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah
adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian
diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai
adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas
(conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Pada
mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal
adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti
fisik, fisiologis, atau biologis. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang
akan berdampak juga pada pertumbuhan personalnya. Jika seseorang dapat
menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan sekitarnya apalagi di lingkungan
baru, maka pertumbuhan personalnya juga akan mengalami peningkatan. Selain iu
penyesuian diri dapat juga di pahami sebagai belajar hidup dengan sesuatu yang
tidak dapa di ubah. Orang yang memiliki penyesuian diri yang baik bisa menerima
keterbatasan yang tidak dapat di ubah. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri,
kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk dapat
menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan
yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada tuntutan yang berasal dari
masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di
sekitarnya Penyesuaiaan diri berhubungan dengan cara-cara yang dipilih individu
untuk mengolah rangsangan, ajakan dan dorongan yang datang dari dalam maupun
luar diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh pribadi yang sehat mental
adalah penyesuaian diri yang aktif dalam pengertian bahwa individu berperan
aktif dalam pemilihan cara-cara pengolahan rangsang itu. Selain itu Penyesuaian
diri yang dilakukan orang sehat mental tidak menyebabkan bergantinya
kepribadian. Perubahan-perubahan dalam diri individu tidak mengubah secara
drastis dirinya. Pada orang sehat mental stabilitas diri dipertahankan. Dalam
menyesuaian diri dengan lingkungan, individu dapat menerima apa yang ia anggap
baik dan menolak apa yang ia anggap buruk berdasarkan pegangan normatif yang ia
miliki. Kita sudah memahami bahwa penyesuaian diri merupakan dasar bagi
penentuan derajat kesehatan mental seseorang. Orang yang dapat menyesuaikan
diri secara aktif dan realistis sambil tetap mempertahankan stabilitas diri
mengindikasikan adanya kesehatan mental yang tinggi pada dirinya. Sebaliknya
mereka yang tidak mampu menyesuaikan diri secara aktif, tidak realistik dan
tidak stabil dirinya menunjukkan rendahnya kesehatan mental pada dirinya.
Dengan kata lain kemampuan penyesuaian diri merupakan variabel utama dalam
kesehatan mental. Dengan demikian dapat dipahami bahwa peningkatan derajat
kesehatan mental setara dengan peningkatan kemampuan penyesuaian diri yang
aktif, realistik disertai dengan stabilitas diri. Sebenarnnya dalam bahasa
inggris , isilah penyesuian diri memiliki 2 kata yang berbeda maknannya , yaitu
adaptasi ( adaptaion ) dan penyesuian ( adjustment). Kedua istilah tersebut
sama-sama mengacu pada pengertian mengenai penyesuian diri, tetapi memiliki
perbedaan makna yang besar. Adaptasi ( adaptaion ) memiliki pengertian individu
melakukan penyesuian diridengan lingkungan. Pengertian ini lebih menekankan
pada perubahan yang individu lakukan terhadap dirinnya supaya tetap bisa
sesuian dengan lingkungannya . sedangkan penyesuaian ( adjustment) dipahami
sebagai mengubah lingkungan agar menjadi lebih sesuai dengan individu.
Pengertian ini lebih menekankan pada perubahan lingkungan dilakukan oleh
individu sebagai tetap sesuia dengan dirinnya. Jadi penyesiuan diri yang baik
itu individu atau seseorang mampu menggunakan mekanisme penyesuian diri secara
luwes dan tergantung pada siuasinnya. Menur ut konsepnnya penyesuian diri
adalah konsep yang di deskripsikan sebagai adaptasi dan mempertahankan
eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan
rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, sehingga bisa mengatasi
segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.
Ciri-ciri penyesuian diri yang efektif
- Memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas Pemahaman atau persepsi orang terhadap realita berbeda-beda , mesikipun realita yang di hadapi adalah sama. Perbedaan persepsi tersebut dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing orang yang tentunnya berbeda satu sama lain. Meskipun begitu individu memiliki penyesuian diri yang baik memiliki persepsi yang relative objektif dala realita.
- Kemampuan untuk beradaptasi dengan tekanan atau stress dan kecemasan Pada dasarnnya orang tidak senang bila mengalami tekan dari kecemasan. Orang yang mampu menyesuiakan diri tidak selalu menghindari munculnya tekenan dan kecemasan.
- Mempunyai gambaran diri yang posiif tentang dirinnya Pandangan individu terhadap dirinnya dapat menjadi indicator dari kualitas penyesuian diri yang di miliki. Padangan tersebut lebih mengarah pada individu yang harmonis atau sebaliknnya .
- Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan Orang yang dapat menyesuikan diri yang baik di cirikan memiliki kehidupan emosi yang sehat. Orang tersebu mampu menyadari dan merasakan emosi atau perasaan yang saat itu dialami serta dapat mengeksperisan persaan dan emosinnya tersebut dalam sperktrum yang luas. Sebaliknya jika penyesuian diri yang buruk dapat ditandai dengan cara mengekspresikan emosinnya secara berlebihan ( over).
- Relasi ineterpersonal baik Individu yang mempunyai penyesuian diri yang baik mampu mencapaitingkat keintiman yang tepat dealam suatu hubungan social.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri Menurut Fatimah (2006) penyesuaian diri
memiliki dua aspek, yaitu sebagai berikut:
- Penyesuaian pribadi Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dalam mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.Pada aspek ini, keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai oleh: • Tidak adanya rasa benci, • Tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan atau tidak percaya pada potensi dirinya. Sebaliknya, kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh: • Kegoncangan emosi • Kecemasan • Ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah anatara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya.
- Penyesuaian social Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial di tempat individu itu hidup dan berinterakasi dengan orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hungan dengan anggota keluarga, masyarakat, sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum. Proses yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa memiliki sistem nilai dan norma sosial yang berbeda-beda. Dalam proses penyesuaian sosial individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya.
Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri Menurut Sunarto dan Hartono (1995) terdapat
bentuk-bentuk dari penyesuaian diri positif ditandai dengan hal-hal sebagai
berikut:
- Tidak adanya ketegangan emosional.
- Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
- Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
- Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
- Mampu dalam belajar.
- Menghargai pengalaman.
- Bersikap realistik dan objektif.
PERTUMBUHAN PERSONAL
Pengertian pertumbuhan : Kehidupan manusia dihubungkan dalam 2 proses yang
terus menerus dan berkelanjutan. Kedua proses tersebut merupakan pengertian
dari pertumbuhan dan perkembangan. Manusia mmempunyai kapasitas jasmanih dan
rohaniah sebgai suatu kondisi yang menuju pada arah kesempurnaan. Menurut Crow
dan Crow , kematangan atau pertumbuhan sejak pembuahan dan seterusnya merupakan
gejala alamiah. Pertumbuhan itu sebagai suatu hasil dari fakor-faktor luar dari
individu yang matang atau tumbuh itu bisa di tunjukan sebagi perkembangan .
Definisi pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis dari hasil proses suau
kematangan funsi-fungsi jasmani sebagai akibat dari adannya pengaruh
lingkungan. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses berubahnnya keadaan
jasmaniah (fisik) yang turun-menurun dalam bentuk proses aktif yang
berkesinambungan. Selain itu pertumbuhan tidak hanya berlaku pada hal yang
bersifat kuntitatif , seperti alam, sel, kromosom rambut dan lain-lain.
Namun pertumbuhan terdiri daribahan-bahan kualitatif seperi kesan,
keinginan, ide, gagasan , pengeahuan , nilai dan lain-lain. Pengretian lain
tentang pertumbuhan. Manusia merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut
individu apabila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi
mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang
manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku
spesifik dirinya. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung
terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui
proses yang panjang. Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter
atau kepribadian. Dan hal itu membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak
faktor yang mempengaruhinya terutama lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan
karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih banyak
meluangkan waktu dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan
atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam
pertumbuhan individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup
masyarakat pun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga
mempengaruhi pertumbuhan individu. Terjadinya perubahan pada seseorang secara
tahap demi tahap karena pengaruh baik dari pengalamaan atau empire luar melalui
panca indra yang menimbulkan pengalaman dalam mengenai keadaan batin sendiri
yang menimblkanreflexions. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
individu, yaitu: 1. Faktor Biologis Semua manusia normal dan sehat pasti
memiliki anggota tubuh yang utuh seperti kepala, tangan ,kaki dan lainya.Hal
ini dapat menjelaskan bahwa beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku.
2. Faktor Geografis Setiap lingkungan fisik yang baik akan membawa kebaikan
pula pada penghuninya. Sehingga menyebabkan hubungan antar individu bisa
berjalan dengan baik dan mencimbulkan kepribadian setiap individu yang baik
juga. Namun jika lingkungan fisiknya kurang baik dan tidak adanya hubungan baik
dengan individu yang lain, maka akan tercipta suatu keadaan yang tidak baik
pula. 3. Faktor Kebudayaan Khusus Perbedaan kebuadayaan dapat mempengaruhi
kepribadian anggotanya. Namun, tidak berarti semua individu yang ada didalam
masyarakat yang memiliki kebudayaan yang sama juga memiliki kepribadian yang
sama juga. Dari semua faktor-faktor di atas dan pengaruh dari lingkungan
sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi
suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang
sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. *Aliran asosiasi
perubahan terhadap seseorang secara bertahap karena pengaruh dan pengalaman
atau empiri (kenyataan) luar, melalui panca indera yang menimbulkan sensasiton
(perasaan) maupun pengalaman mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan
reflektion. *Psikologi gestalt pertumbuhan adalah proses perubahan secara
perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal sesuatu secara keseluruhan, baru
kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada. *Aliran sosiologi
Pertumbuhan adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang
semula asosial maupun sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan. a.
Penjelsan konsep tentang pertumbuhan personal Penekanan pertumbuhan, penyesuain
diri danpertumbuhan Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai
hasil dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal
padaanak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga
diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau
keadaanjasmaniah)yang herediter dalam bentuk proses aktif
secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.Secara umum
konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)bahwa perkembangan berjalan
dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan
kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan
integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai
prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun
bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka
keseluruhan. b. Variasi pertumbuhan Tidak selamanya individu berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan
tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.
Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar
dirinya. c. Kondisi-kondisi untuk bertumbuh Kondisi jasmaniah seperti pembawa
dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang
diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan
atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi
antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). d.
Fenomenologi pertumbuhan Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia
kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang
mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda
dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak
mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak
Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai
berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33)
Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan
ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan
pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi
berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
Carl Rogera (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan
personal dalam suatu hubungan :
- Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
- Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali.
- Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan personal :
- Faktor biologis
Karakteristik anggota tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau
warisan biologis yang sangat kental.
- Faktor geografis
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya
akan menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
- Faktor budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian
seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama
memiliki kepribadian yang sama juga.
Selain itu, ada satu hal yang tidak kalah penting berkaitan dengan
penyesuaian diri dan pertumbuhan personal adalah komunikasi. Dengan kemampuan
komunikasi yang baik maka penyesuaian diri dan pertumbuhan personal seseorang
juga akan berjalan baik.
Ketidak mampuan menyesuiakan diri dan abnormalitas orang yang tidak mampu
menyesuiakan diri dengan baik disebut dengan istilah maladjusted. Pemahaman
mengenai maladjusted seringkali dikacaukan pemahamannya dengan abnormalias.
Banyak yang mengatakan bahwa ketidk mampuan menyesuiakan diri itu dikaakan
dengan abnormal padahal sebenrnnya tidak selalu abnormal. Kesulitan unuk
membedakan pemahaman mengenai maladjusted dengan abnormalitas ini tampaknnya
juga di picu dengan kecenderungan memahami penyesuaian diri sebagi suatu hasil
dari pada melihat penyesuian diri sebagai suatu proses, pemahaman ini , factor-
factor situasional menjadi diperhatikan unuk mempertimbangkan baik-tidaknnya
penyesuian diri yang dilakukan itu.
DAFTAR PUSTAKA
http://smileandsprit.blogspot.com/2011/03/penyesuaian-diri-pertumbuhan-personal.html
Basuki,Heru.(2008).Psikologi Umum.Jakarta:Universitas Gunadarma
Prof Dr.H.Baharudin.M.Pd.I.(2009).pendidikan dan psikologi
pertumbuhan.yogyakarta
Ar-Ruzz Media. Siswanto,Spsi.2007.Kesehatan Mental.Yogyakarta
rumusbelajar.blogspot.com/2012/12/pengertian-penyesuaian-diri
TUGAS KE-8
A.
Arti Penting Stress
Kita semua
pasti pernah mengalami stres. Tetapi sebenarnya stres tidak selalu jelek. Stres
dalam tingkat yang sedang itu perlu untuk menghasilkan kewaspadaan dan minat
pada tugas yang ada, dan membantu orang melakukan penyesuaian. Sistem syaraf
juga memerlukan rangsangan agar bisa tetap terlatih dan selanjutnya bisa
berfungsi dengan baik. Secara umum yang dimaksud dengan stres adalah reaksi
tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi,
dan lain-lain. Menurut Lazarus 1999 (dalam Rod Plotnik 2005:481) “Stres adalah
rasa cemas atau terancam yang timbul ketika kita menginterpretasikan atau
menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa
menanganinya secara memadai”. Stres berbeda dengan stresor. Stresor adalah
sesuatu yang menyebabkan stres. Stres itu sendiri adalah akibat dari interaksi
timbal balik antara rangsangan lingkungan dan respons individu.
Efek-efek stress menurut Hans Selye
Hans Selye (1946,1976)
telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress :
Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
o Local Adaptation
Syndrom (LAS)
Tubuh
menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk
pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll.
Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS
:
-
Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak
melibatkan semua system
-
Respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk
menstimulasikannya
-
Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
-
Respon bersifat restorative.
Sebenarnya respon LAS
ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan
dibawah ini :
-
Respon inflamasi
Respon ini distimulasi
oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area
tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses
penyembuhan dapat berlangsung cepat.
-
Respon refleks nyeri
Respon ini merupakan
respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut.
Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
o General Adaptation
Syndrom (GAS)
GAS merupakan respon
fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya
adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS
sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
-
Fase Alarm (Waspada)
Melibatkan pengerahan
mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi
psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung
meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal
mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala
stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
Fase alarm melibatkan
pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang
berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk
bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang
bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya
epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan
peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya
kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal
yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau
menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih
menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
-
Fase Resistance
(Melawan)
Individu mencoba
berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur
strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada
keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila
teratasi gejala stress menurun àatau normal, tubuh kembali stabil, termasuk
hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut
berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan
memperbaiki sel-sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh
pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
-
Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase
perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya.
Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan
seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha
melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan
kematian.
Tahap ini cadangan
energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi
stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah
yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.
Faktor-faktor
individual & sosial penyebab stres :
Faktor pribadi
Stres juga
dapat dihasilkan sendiri. Internal penyebab stres mencakup sikap pesimis, harga
diri yang rendah, kemarahan yang berlebihan atau tersembunyi, kurangnya
ketegasan, harapan yang tidak realistis dari orang lain dan Self-kritik.
Faktor-faktor
pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi,
sertakepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang.
Survei nasional secara
konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan
pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan
kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah
hubungan yang menciptakan stres.
Masalah ekonomi karena
pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain
yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan.
Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala
stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar merupakan
varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan kemudian.
Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang
memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek
negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor
individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar
seseorang. Artinya, gejala stres yang diekspresikan pada
pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.
Menurut Hans Selya
membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan,
a. Eustress adalah
respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan
menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya
lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
b. Distress merupakan respon stress yang buruk
dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
c. Optimal stress atau Neustress adalah stress
yang berada antara eustress dan distres, merupakan respon stress yang menekan
namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah,
berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.
Faktor lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi ketidakpastian
lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi.
Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya,
ketika kelangsungan pekerjaan terancam maka seseorang mulai khawatir ekonomi
akan memburuk
- Sebuah lingkungan yang tidak aman, polusi, kebisingan, dan kondisi kehidupan tidak nyaman dapat menghasilkan situasi stres (respon penerbangan) hormon dan bahan kimia tetap dirilis di aliran darah untuk jangka waktu yang panjang. Ini hasil dalam gejala stres fisik terkait seperti otot tegang, kecemasan tidak fokus, pusing dan tingkat peningkatan nadi. Bagi orang-orang yang tinggal di daerah yang dilanda perang, stres mungkin tak henti-hentinya.
- Hubungan menuntut kesehatan mental. Masalah dengan teman dan anggota keluarga adalah penyebab stres yang valid. Perselisihan perkawinan, hubungan disfungsional, remaja pemberontak, atau merawat anggota keluarga yang sakit kronis-atau anak dengan kebutuhan khusus memaksa pikiran dan tubuh berada di hampir konstan alarm-negara dalam persiapan untuk melawan atau melarikan diri. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko penyakit psikosomatis akut dan kronis dan melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia.
- Tekanan di tempat kerja Dalam karir-didorong kerja masyarakat kita dapat menjadi sumber stres. Stres kerja disebabkan oleh hal-hal seperti ketidakpuasan kerja, cukup membayar, politik kantor, tenggat waktu pertemuan, dan konflik dengan rekan kerja. Faktor-faktor ini dapat memicu kondisi stres.
- Situasi sosial dapat menyebabkan stres. Kemiskinan, tekanan keuangan, ras dan diskriminasi seksual atau pelecehan, isolasi, dan kurangnya dukungan sosial yang merugikan semua perasaan diinduksi dan kecemasan.
B. Ada beberapa jenis-jenis/ tipe-tipe
stressor psikologis (dirangkum dari folkman, 1984; Coleman,dkk,1984 serta Rice,
1992) yaitu:
1 Tekanan (pressures)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan
untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku
tertentuSecara umum tekanan mendorong individu untuk
meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah
laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada
setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan
sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan
bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal
dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya.Tekanan
internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen
personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peranyang harus dijalani
seseorang, atau juga dpat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
2 Frustasi
.
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu
mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang
diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap
situasi yang mengancam, seperti misalnya
timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.
Konflik
Konflik
terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua
atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda
dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu :
a
Approach – approach conflict, terjadi apabila individu harus satu diantara dua
alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang sulit menentukan
keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul
akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil.
Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
Avoidence – avoidence conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua
pilihan yang sama- sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil muda
yang hamil diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi di sisi lain
ia belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti.
Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan
waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memilki
konsekuensi yang tidak menyenangkan.
Approach – avoidence conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik
sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek
yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir
merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak
tanpa rokok
Berdasarkan pengertian stressor diatas dpat
disimpulkan kondisi fisik, lingkungan dan
sosial yang menjadi penyebab dari kondisi stres.
C. Symptom Reducing Responses terhadap
Stress
1. pengertian
symptom -reducing responses terhadap stress
Kehidupan akan terus
berjalan seiring dengan brjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan
terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu
memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya
masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
Mekanisme Pertahanan Diri
Indentifikasi adalah
suatu cara yang digunakan individu untuk mengahadapi orang lain dengan
membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti
orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen
pembimbingnya memiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah,
dan sebagainya, maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti
dosennya.
Kompensasi
Seorang individu tidak
memperoleh kepuasan dibidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasaan dibidang
lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun
prestasi olahraga yang ia miliki sangat memuaskan.
Overcompensation / Reaction
Formation
Perilaku seseorang
yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama
tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang
biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur
gurunya karena mengobrol saat upacara, beraksi dengan menjadi sangat tertib
saat melaksanakan upacara san menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
- Sublimasi
Sublimasi adalah suatu
mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu
konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam
bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi.
Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong
hewan.
- Proyeksi
Proyeksi adalah
mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat bain sendiri pada objek
diluar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu
Proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak
menyukai temannya, namu n ia berkata temannya lah yang tidak menyukainya.
- Introyeksi
Introyeksi adalah
memasukan dalam diri pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya
seorang wanita mencintai seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria tersebut
ke dalam pribadinya.
- Reaksi Konversi
Secara singkat
mengalihkan koflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalnya belum
belajar saat menjelang bel masuk ujan, seorang anak wajahnya menjadi pucat
berkeringat.
- Represi
Represi adalah konflik
pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke
dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan
yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia di marahi oleh bosnya tadi
siang.
- Supresi
Supresi yaitu menekan
konflik impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan
hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata
"Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi."
- Denial
Denial adalah
mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnay
seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
- Regresi
Regresi adalah
mekanisme perilaku seorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik
diri dari pergaulan. Misalnya artis yang sedang digosipkan selingkuh karena
malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
- Fantasi
Fantasi adalah apabila
seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan
berkhayal/berfantasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak
memilki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi
dirinya dengan orang yang ia cintai.
- Negativisme
Adalah perilaku
seseorang yang selalu bertentangan / menentang otoritas orang lain dengan
perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya
dengan bolos sekolah.
- Sikap Mengritik Orang Lain
Bentuk pertahanan diri
untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. perilaku ini termasuk
perilaku agresif yang aktif. Misalkan seorang karyawan yang berusaha
menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
D.
Pendekatan Problem Solving terhadap
Stress
Salah satu cara dalam menangani stress yaitu menggunakan metode biofeddback, tekniknya adalah
mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress kemudian belajar untuk menguasainya.
Tekhnik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai Feedback.
Melakukan sugesti
untuk diri sendiri juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan
diri kita sendri. Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini akan
berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah pada
Tuhan).
Strategi Coping untuk
Mengatasi Stress
- Menghilangkan stress mekanisme pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut Lazurus penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
1. Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) adalah
istilah Lazurus untuk strategi kognitif untuk penanganan dtress atau coping
yang digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha
menyelesaikannya.
2. Coping yang berfokus pada emosi (problem focused coping) adalah
isitlah Lazurus untuk strategi penanganan stress diaman individu memberikan
respon terhadad situasi stress dengan cara emosional, terutama dengan
menggunakan penialaian defensif.
Strategi Penanganan stress denagn mendekat dan
menghindar
1. Strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami
penyebab stress dan usaha untuk mengahadapi penyebab stress tersebut dengan
cara mengahadapi penyebabnya atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara
langsung.
2. Strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal
atau meminimalisasikan penyebab stress dan usaha yang muncul dalam tingkah
laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress.
Sumber: :
http://WEB-INF.prmob.net/views/ltr/article.jspx
TUGAS KE-9
Definisi Hubungan Interpersonal
Menurut saya
hubungan interpersonal adalah suatu kondisi atau keadaan bagaimana cara kita
mengenali diri kita terhadap lingkungan sekitar, apakah kita sudah mengetahui
siapa diri kita dan apa hal yang terbaik yang prenah kita lakukan. Contoh orang
yang tidak memiliki interpersonal yaitu gampang emosi, marah yang meledak ledak
dan mudah putus asa atau tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dapat
merubahnya lebih baik. Orang yang mempunyai banyak teman dan dapat menjadi
orang yang fleksibel adalah orang yang mampu membaca situasi disekitarnya dan
dapat beradaptasi dengan lingkungan. Tapi ada definisi lain berdasarkan sumber
yang tepat dan benar tentang hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal
adalah dimana ketika kita berkomunikasi kita bukan sekedar menyampaikan isi
pesan tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita
berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan
relationship.
Hubungan interpersonal mempunyai 4 model yang
diantaranya meliputi :
1.
Model
pertukaran sosial (social exchange model).
Hubungan
interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi
karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan
tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat
negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
2.
Model peranan (role
model).
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap
orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan
dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role
expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role
skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada
kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan
peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan
memainkan peranan tertentu.
3.
Model permainan (games people play model).
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan
bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian
dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
a) Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku
yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
b) Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara
rasional).
c) Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman
kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan
kesenangan).
4.
Model
Interaksional (interacsional model).
Model ini
memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki
sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan
model pertukaran, peranan dan permainan.
B. Pembentukan kesan dan Ketertarikan
Interpersonal dalam memulai hubungan.
Adapun tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni meliputi :
1. Pembentukan.
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti
telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase
kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan,
mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang
dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan
keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan
pada tujuh kategori, yaitu:
a) informasi demografis.
b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek).
c) rencana yang akan datang.
d) kepribadian.
e) perilaku pada masa lalu.
f) orang lain serta,
g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan.
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan
tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam
memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a)
keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang
antara komunikan dan komunikator).
b)
Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak yang
melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam
komunikasi tersebut).
c)
respon yang tepat (feedback atau umpan balik yang
akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga
komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
d)
nada emosional yang tepat (keserasian suasana emosi
saat komunikasi sedang berlangsung).
C.
Model Peran, konflik adequacy peran serta
auntensitas dalam hubungan peran.
Model peran.
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap
orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh
masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu
bertindak sesuai dengan peranannya.
Model Interaksional.
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap
sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem
terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama
sebagai suatu kesatuan. Pemutusan Hubungan Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang
berjudul Conflict Among Humans,
setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan,
yaitu:
a)
Kompetisi, dimana salah satu
pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya,
menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b)
Dominasi, dimana salah satu pihak
berusaha mengendalikan pihak lainsehingga orang tersebut merasakan hak-haknya
dilanggar.
c)
Kegagalan, dimana masing-masing
berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d)
Provokasi, dimana salah satu
pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang
lain.
e)
Perbedaan nilai, dimana kedua
pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
Jenis Hubungan
Interpersonal.
Terdapat
beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu :
a) Berdasarkan jumlah individu yang terlibat.
ü Hubungan diad.
Hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan
kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa
ciri khas hubungan diad, dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus,
individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan‘wajah’yang
ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang
pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan
hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain.
ü Hubungan Triad.
Hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini
memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/ kedekatan anatar individu
lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara
terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).
b) Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
ü Hubungan Tugas.
Merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena
tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dokter, hubungan mahasiswa dalam
kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain.
ü Hubungan Sosial.
Merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan
tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara
personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat,
hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
c)
Berdasarkan
jangka waktu.
ü Hubungan jangka pendek.
Merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling
menyapa ketika bertemu di jalan.
ü Hubungan jangka panjang.
Berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama
suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya
berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya).
d)
Berdasarkan
tingkat kedalaman atau keintiman.
Kedalaman atau keintiman, yaitu
hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan
yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan
akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure).
Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa hal yang
mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu :
a) Komunikasi efektif.
b) Ekspresi wajah.
c) Kepribadian.
d) Stereotyping.
e) Daya tarik.
f) Ganjaran.
g) Kompetensi.
D. Intimasi dan Hubungan
Pribadi.
Pendapat
beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
a) Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat
yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
b) Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku
penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang
lain.
c) Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan
intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh
kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi
masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi
kegemaran dan aktivitas yang sama.
d) Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan
yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua
individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada
hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka,
tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup,
keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada
tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi,
memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang
terjadi pada orang yang dekat dengannya.
e) Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love
dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu
hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu
hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan
dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan
kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah hubungan
tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan yang
harmonis dan langgeng.
Komunikasi yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka
pun menjadi modal yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan
kaget apabila komunikasi kita dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau
selalu terjaga bisa jadi hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu
saja itu akan menyakitkan hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak
pernah menginginkan hal berikut.
SUMBER :
Hall, S Calvin.,
Lindzey , Gardner., (2009). teori - teori psikodinamika,
yogyakarta:kanisius.
Jalaluddin,
Rakhmat (1998): Psikologi Komunikasi, Edisi 12, PT Remaja Rosdakarya Offset,
Bandung.
TUGAS KE-10
CINTA DAN PERKAWINAN
Setiap orang
pasti mempunyai rasa cinta kepada seseorang yang dapat membuat dirinya nyaman ketika
bersamanya, ketika rasa cinta itu datang maka orang yang merasakannya pasti
ingin memiliki seutuhnya seseorang yang ia cintai dengan cara menikahinya. Maka
disini saya akan menjelaskan apa itu cinta? Dan apa itu pernikahan?
Cinta adalah
sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam
konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan,
perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah
aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa
pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu,
menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan
objek tersebut.
Perkawinan
adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk
hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat
yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan
seksual.Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan.
Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.
Tergantung
budaya setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa
berbeda-beda juga. Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan mengenal konsep
perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan umumnya
dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Umumnya perkawinan harus
diresmikan dengan pernikahan.
A. Memilih pasangan
Memilih
pasangan hidup bukanlah perkara mudah. Pasalnya, banyak orang yang merasa tidak
sreg ketika mereka ditawari untuk memilih suami atau memilih istri, tak seperti
memilih pacar yang bisa dengan mudah dilakukan. Menurut mereka, pasangan hidup
adalah orang yang diajak untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan
ada yang pertama dan yang terakhir.Itu sebabnya memilih pasangan hidup jauh
lebih susah dibandingkan dengan memilih pekerjaan atau tempat sekolah.
Dalam memilih
pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak
untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Maka dari itu harus
benar-benar diperhitungkan ketika memilih pasangan yang baik. Bila ingin
pintar, seseorang harus rajin belajar, bila ingin kaya seseorang harus
berhemat, begitu pula tentang pasangan hidup. Bila menginginkan pasangan hidup
yang baik maka kita juga harus baik. Tak ada sesuatu di dunia ini yang untuk
mendapatkannya tidak memerlukan pengorbanan. Segala sesuatu ada harga-nya
termasuk bila ingin mendapatkan pasangan hidup yang baik. Ya, dimulai dari diri
sendiri. Bila kita bercita-cita untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik,
maka kita sendiri harus baik. Percayalah, Tuhan telah memasangkan manusia
sesuai dengan karakter dan derajat mereka masing-masing. Manusia yang baik
hanyalah untuk manusia yang baik pula, begitu pula sebaliknya.
Banyak orang
yang pikirannya terlalu pendek dalam perkara ini sehingga gagal dalam
pernikahannya. Prinsipnya adalah jika kita hanya berpedoman pada hal-hal yang
sifatnya duniawi (kecantikan dan kekayaan) maka akan sangat sulit dalam
menjalani hari-hari berumah tangga nantinya. Karena semua itu sifatnya hanya
sementara dan sangat mudah berubah. Jadi, jika jatuh cinta hanya karena melihat
dari segi kecantikan/ketampanan dan atau kekayaan, maka cinta tersebut akan
sangat mudah berkurang bahkan hilang. Jika kita memang cinta pada seseorang
maka lahirlah ketampanan/kecantikan, bukan sebaliknya. Berikutnya adalah
tentang masalah fisik. Banyak yang berkata bahwa wanita cantik hanya pantas
untuk laki-laki tampan, begitu pula sebaliknya. Dan apa yang terjadi ketika
teman kita yang mungkin tak begitu cantik mendapatkan suami yang tampan dan
juga kaya, maka kita biasanya akan protes. Kita merasa bahwa dirinya tak pantas
dan kitalah yang lebih pantas.
Inilah yang
menutupi rezeki kita. Perasaan iri dan dengki menutupi rezeki kita untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Orang yang hatinya dipenuhi penyakit hati
biasanya akan memancarkan aura negatif. Sebaliknya, orang yang hatinya bersih
maka aura positiflah yang akan terpancar keluar dari dalam jiwanya. Tentunya siapa
pun pasti akan lebih memilih orang yang memiliki aura positif daripada negatif.
Lalu,
mengingat pernikahan itu adalah sebuah investasi jangka panjang maka kita juga
harus melihat calon pasangan kita dalam jangka panjang. Bolehlah jika dia saat
ini belum sukses, belum kaya, belum pintar, tetapi ketika ada potensi di masa
depan dia akan menjadi lebih baik maka mengapa tidak??? Daripada kita hanya
melihat kondisi dia saat ini tetapi di masa depan justru punya potensi akan
meninggalkan kita. Betapa banyak wanita yang menikah hanya karena melihat
prianya saat ini tampan dan betapa banyak wanita yang menikah karena hanya
melihat wanitanya saat ini cantik. Mereka tidak sadar bahwa 10 tahun lagi bisa
jadi ketampanan/kecantikan tersebut sudah pudar.
Adapun bila kita
dihadapkan suatu pilihan lebih dari satu, tentu sewajarnya seorang akan memilih
yang terbaik baginya, meskipun pilihan terbaik baginya tidak selalu identik
dengan pilihan yang terbaik bagi umum, karena seseorang tentu memiliki
pertimbangan yang sangat khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Maka, ketika
sedang memilih calon pasangan , bukalah mata lebar-lebar. Lihatlah dia secara
utuh. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang dia, terutama
kekurangannya. Karena saya yakin, kelebihan dari pasangan akan dengan mudah
kita terima tetapi kekurangan? Tanyakanlah pada diri sendiri, mumpung belum
akad nikah, apakah siap menerima kekurangan-kekurangan tersebut?
Terakhir,
lihatlah dia tidak hanya di masa sekarang tetapi juga potensinya di masa depan.
Tahukah kalian bedanya anak-anak dan dewasa? Anak-anak hanya berfikir apa yang
ada sekarang sementara orang dewasa berfikir lebih jauh ke depan. Pernikahan
adalah urusannya orang dewasa maka berfikirlah dewasa.
B. Hubungan
dalam Perkawinan
Simak dulu pendapat
Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and
relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap
perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa
berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu
tahap ke tahap berikut memang tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki
patokan batas waktu yang pasti. Bisa jadi antara pasangan suami-istri,
yang satu dengan yang lain, memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui
tahapannya. Namun anda dan pasangan dapat saling merasakannya.
Tahap pertama : Romantic Love.
Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang
menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada
tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan
penuh cinta.
Tahap kedua : Dissapointment
or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling
menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau
lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami
hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin
hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal
lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn
tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan
lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini
memilih berpisah dengan pasangannya.
Tahap ketiga : Knowledge and
Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada
tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan
ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan
pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini
biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada
pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi
perkawinan.
Tahap keempat : Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap kelima : Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
Lebih lanjut
Dawn menyarankan pula, “Jangan hancurkan hubungan pernikahan Anda dan pasangan
hanya karena merasa tak sesuai atau sulit memahami pasangan. Anda hanya perlu
sabar menjalani dan mengulang tahap perkembangan dalam pernikahan ini.
Jadikanlah kelanggengan pernikahan Anda berdua sebagai suatu hadiah berharga
bagi diri sendiri, pasangan, dan juga anak.
Ketika
pasangan (suami/istri) kedapatan beberapa kali bersikap kurang baik, anggap lah
ini sebuah ladang amal sabar. Dan jangan sekali-kali berfikir bahwa hasil dari
istikharah ternyata gagal ketika suatu hari merasa sedikit kesal mendapati
kelakukan pasangan Anda sikapnya kurang baik, harusnya tetap lah berfikir bahwa
dia memang pilihan terbaik yang Alloh pilihkan.
Ketika
keadaannya seperti itu tadi, yang menjadi tantangan untuk Anda lakukan adalah
menunjukan sikap yang lebih baik dari dia, agar Anda menjadi contoh kebaikan
untuknya, karena tidak selesai hanya berharap saja dia harus lebih baik dari
Anda, tetapi kita harus melakukan sesuatu untuk menjadi jalan perubahan
untuknya. Karena bisa jadi begini, sekarang memang pasangan Anda belum baik,
tapi yakin lah bahwa suatu saat dia akan lebih baik dari Anda, kontribusi
motivasi dari Anda diperlukan juga untuknya.
Terjadinya
sebuah Ikatan tali pernikahan, tidak berarti semuanya menjadi serba cocok,
serba lancar dan jauh dari Masalah. Tidaklah begitu adanya, ada baiknya kita
perlu berfikir begini: "dia bukan aku dan aku bukan dia, aku adalah aku
begitu pun dia! tapi aku adalah bagian dari dia dan dia bagian dari aku. Karena
aku Mencintainya, jadi aku harus bisa memakluminya dan berusaha untuk terus
bersikap baik, lebih baik darinya hingga sikapku bisa menjadi contoh kebaikan
untuknya."
C. Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Perkawinan tidak
berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat
mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak
diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan
dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi
dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan
dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena
adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal
yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu
sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya,
diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan
diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang
berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang
pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan
cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan
akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
D. Perceraian
dan Pernikahan kembali
Pernikahan
bukanlah akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya,
pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian
mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan
mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan
sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami.
Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang
berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu
untuk mengambil keputusan.
Apa yang akan
mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor.
Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah
lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor
pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai
manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi
terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati
untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda
mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan
dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang
biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya
tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang
pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan
membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam
pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu
kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
Jika ingin
sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu,
jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah
perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap
untuk masa depan yang lebih baik.
E.
Alternatif selain Pernikahan
Paradigma
terhadap lajang cenderung memojokkan. pertanyaannya kapan menikah??
Ganteng-ganteng kok ga menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan??
Ada banyak alasan untuk
tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan
yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup
yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat
seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini
semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga
ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan
untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah
sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi
masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman,
juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang,
mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria
maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup
menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang
paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin
kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati
kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi,
tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan.
Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak
perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi
posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi
terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria
menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat
prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus
pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh.
Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota
dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan
kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa
kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi.
Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa hidup
mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan
dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.
Banyak yang
mengatakan seorang masih melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin
mendapat pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan
adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita
dengan seorang yang tidak kita cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada
menikah akhirnya berakhir dengan perceraian.
Lajang pun lebih
mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat
melakukan kegiatan hobi tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk
melakukan acara berwisata ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya
terlihat lebih muda dari usia sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman
yang berusia sama dengannya, tetapi telah menikah.
Ketika
diundang ke pernikahan kerabat, pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun
datang, mereka berusaha untuk berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang
dan sesama pelajang. Hal ini untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana
dari kerabat yang seusia dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul?
Sudah ada calon? Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk
dijawab oleh pelajang.
Seringkali,
pelajang juga menjadi sasaran keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila
saudara sepupu yang seumuran telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar.
Sementara orangtua menginginkan agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak
tidak berat jodoh.
Tidak dapat
dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki
pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran
yang telah memiliki sepasang anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka
belum menemukan pasangan atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka
untuk tetap menjalani hidup sebagai lajang.
Melajang
adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati
hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah
menemukan seorang yang telah cocok di hati.
Kehidupan melajang
bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan
terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok
untuk berbagi dalam suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.
Arus
modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi
yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai
penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang,
terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Perkawinan
http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta
Adhim, Mohammad Fauzil
(2002) Indahnya Perkawinan Dini Jakarta: Gema Insani Press (GIP)
TUGAS KE-11
A. MENGUBAH SIKAP TERHADAP PEKERJAAN
1. Definisi
Nilai Pekerjaan
Nilai pekerjaan adalah nilai dari apa yang kita kerjakan, sangat bergantung
kepada cara berpikir kita terhadap pekerjaan itu. Sekecil apapun pekerjaan yang
kita lakukan, jika kita memahami bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari sebuah
perencanaan besar, atau bahwa pekerjaan itu adalah proses menuju terwujudnya
sesuatu yang besar, maka tidak akan ada lagi perasaan kecil dalam hati kita
ketika mengerjakan pekerjaan itu.
2. Apa
yang di cari dalam Pekerjaan?
Mencari uang: Hal ini adalah hal yang paling dasar yang mendorong
seseorang untuk bekerja. Untuk mencari nafkah (uang), untuk mencukupi
kebutuhannya dan keluarga. Hal ini juga yang biasa digunakan sebagai
pertimbangan dalam memilih suatu pekerjaan. Semakin besar gaji (uang) yang
ditawarkan oleh pekerjaan tersebut, maka semakin menarik perkerjaan itu. Banyak
orang yang berpindah-pindah kerja untuk mencari gaji yang lebih tinggi.
Mencari pengembangan diri: Adalah tabiat manusia untuk ingin
berkembang menjadi lebih baik. Orang bekerja karena mereka ingin mencari
pengembangan (potensi) diri mereka. Mereka akan mencari pekerjaan dimana
mereka dapat mengembangkan diri mereka disana.
Mencari teman/sarana bersosialisasi: Manusia adalah makhluk sosial
yang perlu untuk bersosialisasi. Maka manusia perlu bekerja untuk menambah
teman dan relasi mereka. Sebagai media dan tempat mereka untuk bersosialisasi.
Mencari
kebanggaan/kehormatan diri: Hal lain yang dicari oleh orang dengan bekerja
adalah kebanggaan dan kehormatan diri. Orang yang mencukupi kebutuhan dirinya
dengan bekerja lebih terhormat dibandingkan orang yang tergantung pada orang
lain.
3. Fungsi
Psikologis dari Pekerjaan
Fungsi psikologinya
yaitu : Meskipun apa kata orang tentang memiliki pekeraan untuk hidup. Itu
mungkin jelas sekarang bahwa setiap orang bekerja keras untuk uangnya sendiri.
Survei membuktikan kebanyakan orang akan melanjutkan pekerjaanya bahkan jika
mereka memiliki cukup uang untuk hidup nyaman seumur hidupnya (Renwick &
Lawler, 1978). Kenyataanya adalah bekerja itu meenuhi kebutuhan psikologis dan
social yang penting. Rasa pemenuhan pribadi, orang membutuhkan perasaan kalau
mereka tumbuh, mempelajarai keahlian baru, dan mencapai sesuatu yang berharga
ketika perasaan ini kurang, mereka mungkin pindah ke pekerjaan yang menjanjikan
pencapaian yang lebih atau hasil yang jelas. Contohnya, seorang individu yang
pekerjaanya terarah mungkin meninggalkan meja untuk bekerja menjual barang atau
konstruksi. Bahkan orang yang sudah mendapatkan banyak uang tidak akan mau
mengurangi waktu dan energy yang di habiskan oleh pekerjaan mereka.kemampuan
karena kebutuhan akan penghargaan dan penguasaan (Morgan,1972)
B. PROSES DALAM MEMILIH PEKERJAAN
1. Tahap
pertama adalah pada umur 15 - 22 tahun: Pada tahap ini, seseorang umumnya
memilih jurusan, yang menurutnya baik dan ia suka. Apakah seseorang memilih
jurusan tertentu oleh karena masalah imej jurusan tersebut- ini adalah salah
satu faktor. Bisa juga ia memilih jurusan tertentu karena rekomendasi orang tua
dan sisi ekonomi atau peluang kerja. Beragam alasan orang memilih jurusan
tertentu di sekolah atau kampus.
2. Tahap
kedua adalah pada umur 22 - 30 tahun: Pada fase ini, orang memilih karir
sesuai dengan jurusan yang ia pelajari di kampus. Ia tertarik dengan pekerjaan
barunya dan mulai menekuni apa yang ia pilih. Ini biasanya bisa terjadi sampai
umur 30 tahun. Ada gairah terhadap pekerjaan apalagi kalau di perusahaan tempat
ia bekerja ada suasana kondusif ditambah dengan jenjang karier yang jelas.
3. Tahap
ketiga adalah pada umur 30 - 38 tahun: Bila seseorang menekuni
pekerjaannya pada fase kedua, kinerjanya akan semakin baik pada phase ini.
Kinerjanya umumnya di atas rata-rata. Gairah kerja semakin bertambah. Ia
mungkin mencapai posisi manager dalam sebuah perusahaan pada phase ini. Karir
semakin mantap dan bisa sampai menduduki posisi Vice President. Ini tergantung
berapa bagus kinerjanya dan berapa baik budaya korporasi di perusahaan.
4. Tahap
keempat adalah pada umur 38 - 45 tahun: Inilah tahapan atau fase yang
tepat untuk memikirkan ulang pekerjaan yang seharusnya ditekuni. Pada phase ini
biasanya orang mulai makin sadar akan pekerjaan yang seharusnya ia tekuni. Ini
adalah fase yang kritis karena pada phase ini akan muncul pertanyaan, "Mau
ke mana arah atau jalur karir yang akan ditempuh?" Pada fase ini
persaingan ke posisi yang lebih tinggi semakin ketat. Peluang untuk naik ke posisi
yang banyak membuat kebijakan strategis semakin kecil karena persaingan atau
ada orang yang lebih hebat atau lebih cerdas dari Anda untuk menduduki posisi
tersebut. Pada saat yang sama, Anda juga ingin merasakan keleluasaan untuk
memberikan keputusan. Ada keinginan untuk membuat keputusan-keputusan yang
lebih besar bagi perusahaan atau organisasi yang akan menambah kepuasan diri
juga; ada self-actualisation- meminjam istilah dari Abraham Maslow.
5. Tahap
kelima adalah pada umur 45 - 55 tahun: Bila seseorang lolos pada fase ke
empat, biasanya ia akan semakin mantap pada phase ini, khususnya mereka yang
memilih karir atau menemukan pekerjaan yang cocok dengan bakat dan talenta
pribadinya. Karirnya akan semakin bersinar. Ada kematangan baik dalam jiwa dan
dalam pekerjaan. Ia semakin mengerti tujuan perusahaan. Ia makin mengerti
relasi dari organisasi dengan masyarakat luas. Namun, pada fase ini juga orang
akan mulai mengalami kebosanan di pekerjaan kalau salah mengambil keputusan
pada tahap kelima. Jangankan di phase ini, pada phase keempat pun orang sudah
mulai merasakan kebosanan dalam pekerjaan. Gairah kerja hilang karena tidak ada
keputusan berarti yang bisa dilakukan bagi perusahaan.
6. Tahap
keenam adalah umur 55 - 62 tahun: Orang-orang yang sukses melewati tahap
ke empat dan kelima akan mengalami gairah kerja yang semakin bertambah pada
fase ini. Kreatifitas muncul; ide-ide baru utuk memperbaiki organisasi melintas
dalam pikiran. Vitalitas orang semakin bertambah dalam pekerjaan pada phase
ini. 'Self-actualization' semakin matang dan mulai mempersiapkan diri utuk
memasuki phase terakhir.
7. Tahap
ketujuh adalah 62 - 70 tahun: Pada fase ini orang mulai memikirkan
bagaimana meneruskan karir yang sudah dibangun atau perusahaan yang sudah
dirintis dan berjalan. Ia mulai memikirkan siapa yang akan menggantikannya di
kemudian hari. Bila Anda kebetulan pada fase ini, Anda sudah harus memikirkan
bagaimana agar apa yang sudah dimulai dan dikerjakan bisa diteruskan dalam
track yang benar oleh penerus Anda.
C. MEMILIH PEKERJAAN YANG COCOK
Hubungan antara
Karakteristik Pribadi dan Pekerjaan dalam Memilih Pekerjaan yang Cocok :
ü Kepribadian
Artistik
Karakter: kreatif,
imajinasi yang tak pernah berhenti, suka mengekspresikan diri, suka bekerja
tanpa aturan, menikmati pekerjaan yang berkaitan dengan design/warna/kata-kata.
Orang artistik merupakan pemecah masalah yang sangat hebat karena mereka
menggabungkan pola pikir intuisi dan pendekatan rasional.
Pekerjaan yang cocok: editor, grafik desainer, guru drama, arsitek, produser, ahli
kecantikan, model, pemain film, sutradara, interior desain.
ü Kepribadian
Konvensional
Karakter: menyukai
aturan, prosedur yang rapi, teliti, tepat waktu, suka bekerja dengan rincian
data, tertib, cenderung pendiam dan lebih hati-hati.
Pekerjaan yang cocok: akuntan, petugas asuransi, penegak hukum, pengacara, penulis,
penerjemah.
ü Kepribadian
Aktif
Karakter: gigih,
berani, suka berkompetisi, penuh semangat, pekerja keras, ekstrovet, enerjik,
dan progresif.
Pekerjaan yang cocok: wiraswasta, direktur program, manajer.
ü Kepribadian
Investigasi
Karakter: analitis,
intelektual, ilmiah, menyukai misteri, sangat memperhatikan detail, lebih suka
bekerja secara individu, menggunakan logika.
Pekerjaan yang cocok: analisis sistem komputer, programmer, dosen, profesor, statistik,
dokter.
ü Kepribadian
Realistis
Karakter: realistis,
praktis, simpel, bekerja di luar ruangan, berorientasi pada masalah dan
solusinya, suka bekerja dengan objek yang kongkrit, pekerjaan yang menggunakan
alat bantu atau mesin. Pekerjaan yang cocok: tukang listrik,
dokter gigi, insinyur.
ü Kepribadian
Sosial
Karakter: suka
membantu orang lain, dapat berkomunikasi dengan baik, bekerja dalam tim, sabar,
murah hati, memiliki empati, memusatkan diri dengan interaksi manusia, suka
berbicara.
Pekerjaan yang cocok: psikolog, guru, mediator, perawat, entertainer, selebriti.
Sumber :
Oktora, P.S. Pintar Mencari dan Mendapatkan
Pekerjaan. Penerbit: Visimedia
TUGAS KE-12
Pekerjaan dan
Waktu Luang (2)
A. Penyesuaian diri dalam
pekerjaan
Penyesuaian diri
merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan merubah perilaku individu agar
terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan diri individu dengan lingkungannya.
Pada dasarnya, penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu penyesuaian pribadi
dan penyesuaian sosial.
Pada dasarnya,
penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial.
Berikut akan dijelaskan 2 aspek dalam penyesuaian diri yaitu:
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk
menerima dirinya sendiri sehingga tercapainya hubungan yang harmonis antara
siapa dirinya dengan lingkungan kerjanya. Ia sadar sepenuhnya siapa dirinya,
apa kelebihan dan kekurangannya dan bertindak objektif sesuai dengan kondisi
dirinya tersebut.
Keberhasilan diri pribadi dengan tidak adanya rasa
benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, kecewa atau tak percaya pada
kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan
atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa tidak puas, rasa cemas, rasa
kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup dalam masyarakat, dimana
terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain. Dari proses tersebut timbul
pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan
nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyesuaian bagi
persoalan-persoalan hidup sehari-hari.
Dalam dunia kerja ada 2 hal yang tidak bisa dipisahkan
yaitu karyawan dan perusahaan. Seseorang yang dapat menyesuaikan dirinya dengan
pekerjaannya yaitu apabila terdapat adanya kepuasan kerja. Untuk itu merupakan
keharusan bagi perusahaan untuk mengenali faktor-faktor apa saja yang dapat
membuat karyawan puas bekerja diperusahaan.
Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan, diantaranya adalah kesesuaian pekerjaan, kebijakan organisasi
termasuk kesempatan berkembang, lingkungan kerja dan perilaku atasan. Adapun
faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan menurut Kreitner dan Kinichi, yaitu:
a. Pemenuhan Kebutuhan (need fulfillment)
Kepuasan ditentukan oleh tingkat karakteristik
pekerjakaan memberikan kesempatan pada individu intuk memenuhi kebutuhannya
b. Perbedaan (discrepancies)
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan.
Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa
yang diperoleh individu dari pekerjaannya. Bila harapan lebih besar dari apa
yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya individu akan puas bila
menerima manfaat diatas harapan.
c. Pencapaian nilai (volue attainment)
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan
memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
d. Keadilan (equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu
diperlakukan di tempat kerja.
e. Komponan genetik (genetic components)
Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan
faktor genetik. Hal ini menyiratkan perbedaan sifat individu kerja disamping
karakteristik lingkungan pekerjaan.
Selain itu ada juga faktor penentu kepuasan kerja
yaitu:
1) Gaji/upah
Menurut Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi
dari jumlah absolute dari gaji yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi
harapan-harapan tenaga kerja dan bagaimana gaji diberikan. Selain dari
pencapaian (achievement), keberhasilan dan pengakuan/penghargaan.
2) Kondisi kerja yang menunjang
Bekerja dalam ruangan atau tempat kerja yang tidak
menyenangkan (uncomfortable) akan menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh
karena itu, perusahaan harus membuat kondisi kerja yang nyaman dan menyenangkan
sehingga kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi dan menimbulkan kepuasan kerja.
3) Hubungan kerja
a. Hubungan dengan rekan kerja
Ada tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya
memperoleh masukan dari tenaga kerja lain (dalam bentuk tertentu). Keluarannya
(barang yag setengah jadi) menjadi masukkan untuk tenaga kerja lainya, misalnya
pekerja konveksi. Hubugan antara pekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak
yang berbentuk fungsional.
Kepuasan kerja yang ada timbul karena mereka dalam
jumlah tertentu berada dalam satu ruangan kerja yang tidak berkomunikasi
bersifat kepuasan kerja yang tidak menyebabkan peningkatan motivasi kerja dalam
kelompok kerja dimana para pekerjanya harus bekerja sebagai satu tim.
Kepuasan kerja mereka dapat timbul karena
kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka seperti harga diri, aktualisasi diri
dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka.
b. Hubungan dengan atasan
Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan
kerja adalah tenggangrasa (consideration). Hubungan fungsional mencerminkan
sejumlah atasa membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang
penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikkan
antara pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa,
misalnya keduanya mempuyai pandangan hidup yang sama.
Tingkat kepuasan kerja paling besar dengan atasan adalah
jika kedua jenis hubungan adalah positif. Atasan yang memiliki ciri pemimpin
yang transformasional, maka tenaga kerja akan meningkat motivasinya dan
sekaligus dapat merasa puas dengan pekerjaannya.
1. Kepuasan Kerja
Tidak ada satu batasan dari
kepuasan kerja/pekerjaan yang dirasakan yang paling sesuai oleh para penulis
dan peneliti. Tenaga kerja yang puas dengan pekerjaannya merasa senang dengan
pekerjaannya. Dari batasan Locke dapat disimpulakan adanya dua unsur yang
penting dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan
kebutuhan-kebutuhan dasar. Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang
ingin dicapai dalam melakukan tugas pekerjaan. Yang ingin dicapai adalah
nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting oleh individu. Dikatakan selanjutnya
bahwa nilai-nilai pekerjaan harus sesuai atau membantu pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dasar. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa kepuasan
kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.
2. Perubahan dalam persediaan dan permintaan, dan berganti pekerjaan
a. Keluar (exit), Ketidakpuasan
kerja yang diungkapkan dengan meninggalkan pekerjaan. Termasuk mencari
pekerjaan lain.
b. Menyuarakan (voice),
Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui usaha aktif dan konstruktif untuk
memperbaiki kondisi, termasuk memberikan saran perbaikan.
c. Mengabaikan (neglect),
Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui sikap membiarkan keadaan menjadi
lebih buruk. Misalnya sering absen, upaya berkurang, dan kesalahan yang dibuat
makin banyak.
d. Kesetiaan (loyalty),
Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan menunggu secara pasif sampai
kondisinya menjadi lebih baik.
B. Waktu Luang
Dalam bahasa Inggris
waktu luang dikenal dengan sebutan leisure. Kata leisure sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu licere
yang berarti diizinkan (To be Permited) atau menjadi bebas (To be
Free). Kata lain dari leisure adalah loisir yang berasal dari bahasa
Perancis yang artinya waktu luang (Free Time), George Torkildsen.
Berdasarkan teori dari George Torkildsen dalam bukunya
yang berjudul leisure and recreation management (Januarius Anggoa, 2011)
definisi berkaitan dengan leisure antara lain:
a. Waktu luang sebagai waktu (leisure as time)
Waktu luang
digambarkan sebagai waktu senggang setelah segala kebutuhan yang mudah telah
dilakukan. Yang mana ada waktu lebih yang dimiliki untuk melakukan segala hal
sesuai dengan keinginan yang bersifat positif. Pernyataan ini didukung oleh
Brightbill yang beranggapan bahwa waktu luang erat kaitannya dengan kaitannya
dengan kategori discretionary time, yaitu waktu yang digunakan menurut
pemilihan dan penilaian kita sendiri.
b. Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as
activity)
Waktu luang
terbentuk dari segala kegiatan bersifat mengajar dan menghibur pernyataan ini
didasarkan pada pengakuan dari pihak The International Group of the Social
Science of Leisure, menyatakan bahwa: “waktu luang berisikan berbagai macam
kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri baik untuk
beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan
keterampilannya secara objektif atau untuk meningkatkan keikutsertaan dalam
bermasyarakat.
c. Waktu luang sebagai
suasana hati atau mental yang positif (leisure as an end in itself or a
state of being)
Pieper
beranggapan bahwa:“Waktu luang harus dimengerti sebagai hal yang berhubungan
dengan kejiwaan dan sikap yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, hal ini
bukan dikarenakan oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Hal ini juga bukan
merupakan hasil dari waktu senggang, liburan, akhir pekan, atau liburan
panjang.
d. Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti luas
(leisure as an all embracing)
Menurut Dumadezirer,
waktu luang adalah relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri. Dalam ketiga aspek
tersebut, mereka akan menemukan kesembuhan dari rasa lelah, pelepasan dari rasa
bosan, dan kebebasan dari hal-hal yang bersifat menghasilkan. Dengan kata lain,
waktu luang merupakan ekspresi dari seluruh aspirasi manusia dalam mencari
kebahagiaan, berhubungan dengan tugas baru, etnik baru, kebijakan baru, dan
kebudayaan baru.
e. Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup (leisure
as a way of living)
Seperti yang
dijelaskan oleh Goodale dan Godbye dalam buku The Evolution Of Leisure :
“Waktu luang adalah suatu kehidupan yang bebas dari tekanan-tekanan yang
berasal dari luar kebudayaan seseorang dan lingkungannya sehingga mampu untuk
bertindak sesuai rasa kasih yang tak terelakkan yang bersifat menyenangkan,
pantas, dan menyediakan sebuah dasar keyakinan”. Hal senada juga diungkapkan
oleh Soetarlinah Sukadji (Triatmoko, 2007) yang melihat arti istilah waktu
luang dari 3 dimensi, yaitu:
a. Dilihat
dari dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai waktu yangtidak digunakan untuk
bekerja mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan hidup.
b. Dari segi
cara pengisian, waktu luang adalah waktu yang dapat diisi dengan kegiatan
pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati.
c. Dari sisi
fungsi, waktu luang adalah waktu yang dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan
potensi, meningkatkan mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami
gangguan emosi, sebagai selingan hiburan, sarana rekreasi, sebagai kompensasi
pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau sebagai kegiatan menghindari sesuatu.
Dengan
banyaknya definisi waktu luang, dapat disimpulkan bahwa waktu luang adalah
waktu yang mempunyai posisi bebas penggunaannya dan waktu tersebut berada diluar kegiatan rutin
sehari-hari sehingga dapat dimanfaatkan secara positif guna meningkatkan
produktifitas hidup yang efektif dan pengisian waktu luang dapat diisi dengan
berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri
baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau
mengembangkan keterampilannya secara objektif.
Mengisi waktu
luang bagi remaja terutama siswa yaitu waktu yang terdapat pada siswa diluar
jam pelajaran sekolah dan dapat diisi dengan kegiatan relaksasi atau istirahat,
kegiatan hiburan atau rekreasi, dan kegiatan pengembangan diri sesuai dengan
pilihan sendiri sehingga akan timbul suatu kesembuhan dari rasa capek dan
melepaskan dari rasa bosan.
2. Manfaat Mengisi Waktu Luang
Orang yang
menggunakan waktu secara efisien akan memperoleh banyak keuntungan, misalnya
mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu, sehingga ada waktu untuk
memulihkan kebugaran fisik dan mental, rekreasi, dan interaksi sosial.
Manfaat mengisi waktu luang yaitu menurut Soetarlinah
Sukadji (Triatmoko, 2007) yaitu:
a. Bisa meningkatkan kesejahteraan jasmani.
b. Meningkatkan kesegaran mental dan emosional.
c. Membuat kita mengenali kemampuan diri sendiri.
d. Mendukung konsep diri serta harga diri.
e. Sarana belajar dan pengembangan kemampuan.
f. Pelampiasan
ekspresi dan keseimbangan jasmani, mental, intelektual, spiritual, maupun
estetika.
g. Melakukan
penghayatan terhadap apa yang anda sukai tanpa tidak mempedulikan segi materi.
3. Kegiatan Waktu Luang
Berdasarkan
definisi teori waktu luang yaitu waktu luang sebagai aktivitas yaitu waktu yang
berisikan berbagai macam kegiatan baik untuk beristirahat, menghibur diri
sendiri, menambah pengetahuan serta menggunakan keterampilan secara objektif
untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat setelah melepaskan diri
dari segala pekerjaan rutinnya, keluarga dan lingkungan sosial dan waktu luang
sebagai relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri. Beberapa kegiatan mengisi
waktu luang diantaranya:
a. Relaxation Activity (Kegiatan Relaksasi)
Menurut
Soetarlinah Sukadji (Triatmoko, 2007) kegiatan relaksasi diantaranya kegiatan
relaksasi aktif misalnya: membetulkan alat rumah tangga atau berbenah rumah,
memperbaiki sepeda motor. Kegiatan tersebut sifatnya produktif cenderung
meningkatkan ketrampilan dan harga diri. Selain itu bisa melakukan relaksasi
pasif dengan cara menonton televisi, mendengarkan musik, dan membaca tulisan
ringan. Namun terlalu banyak melakukan kegiatan relaksasi pasif akan membuat
kehilangan
waktu untuk kegiatan yang lebih produktif.
b. Entertainment Activity (Kegiatan Hiburan)
Fine,
Mortimer, & Robert (Broderick & Blewitt, 2006), menyebutkan bahwa
kegiatan hiburan atau rekreasi dapat mempromosikan penguasaan keterampilan,
seperti olahraga partisipasi, hobi, dan kesenian atau mungkin lebih murni
rekreasi seperti bermain video game, melamun atau nongkrong dengan teman-teman.
Menurut Ahmad H. Kanzun (2002: 68) Kegiatan olahraga termasuk dalam salah satu
kegiatan yang positif dan terarah. Karena dengan berolahraga, remaja dapat
menjaga kondisi tubuhnya agar selalu sehat dan dapat melakukan segala
aktifitasnya.
Selanjutnya menurut
penggolongan ahli pengetahuan hobi Margaret E. Mulac Hobbies: The Creative
Use of Leisure (1959), (The Liang Gie , 1996: 99-100), ada 4 macam hobi,
yaitu:
1) Making Hobbies (Membikin)
Ini meliputi
berbagai seni kerajinan seperti misalnya kegiatan pahat, ukir, kerajinan
emas-perak, keramik, tenun, dan fotografi.
2) Learning Hobbies (Belajar)
Ini meliputi
segala macam bentuk belajar seperti misalnya mempelajari sejarah,
karang-mengarang, atau bahasa asing.
3) Doing Hobbies (Melakukan)
Ini meliputi
segala macam bentuk melakukan sesuatu hal, misalnya menyanyi, menari, memainkan
alat musik, berkebun, dan aneka hobi alam (misalnya mengamati burung atau
memelihara ikan hias).
4) Collectting Hobbies (Mengumpulkan)
Ini meliputi kegiatan
mengumpulkan bermacam-macam benda seperti perangko, mata uang, buku antik, dan
batu-batuan.
c. Personal Development Activity (Kegiatan
Pengembangan Diri)
Pengembangan
diri termasuk kegiatan yang meningkatkan kesadaran dan identitas, mengembangkan
bakat dan potensi, membangun modal manusia, dan memfasilitasi kerja,
meningkatkan kualitas hidup dan berkontribusi pada realisasi mimpi dan aspirasi
serta rohani pengembangan (Anonim, 2009). Berteman, bergaul dan mengikuti aktivitas
disekitar rumah atau sekolah atau kegiatan yang berhubungan dengan kesiapannya
menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi (misalnya pergi keperpustakaan,
latihan soal-soal).
Menurut Soetarlinah
Sukadji (Triatmoko, 2007), mengikuti kursus musik, kelompok teater, kursus
bahasa asing, melukis, mengarang,
membuat sajak, memasak, menata musik, membuat patung. Kegiatan ini
selain meningkatkan ketrampilan, juga menimbulkan perasaan kesuksesan. Menurut
Ahmad H. Kanzun (2002: 36) Mengikuti kegiatan masjid yang merupakan pusat
kegiatan keislaman dalam mengasah wawasan dan menambah pengetahuan dibidang
keagamaan sebagai pedoman hidup.
Selain itu,
mengikuti kegiatan kemasyarakatan (Ahmad H. Kanzun, 2002:59) membentuk remaja sebagai
generasi muda yang berkualitas, sangat diharapkan untuk dapat ikut
berpartisipasi aktif dalam mengikuti segala kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
dengan niat dan semangat yang positif. Dengan kegiatan tersebut diharapkan
dapat mempererat tali persaudaraan antar sesama dan menumbuhkan rasa
solidaritas.
Kenyataannya
dikalangan remaja menunjukkan adanya pemanfaatan waktu luang secara serampangan
saja, tanpa adanya perencanaan yang matang, pengawasan maupun pengarahan. Hal
itu yang menyebabkan fenomena negatif jarangnya siswa aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesiswaan yang teratur dan terarah adalah lemahnya upaya
penyadaran akan urgensi kegiatan tersebut dan dampak pendidikannya dalam
membentuk kepribadian dan perilaku siswa, disamping faktor-faktor lain seperti
buruknya pengelolaan sebagian pengemban misi pendidikan, monotonnya kegiatan
ataupun minimnya hal-hal yang mendukung.
4. Mengelola Waktu Luang
Waktu yang
dimiliki setiap orang akan terus bergerak maju. Pada prinsipnya waktu luang
yang bergerak maju ini akan mengikis habis waktu yang anda miliki. Kenyataan
yang sering kita hadapi ternyata kita mengeluh dengan waktu yang tiba-tiba
berlalu begitu saja, sementara anda tidak berbuat apa pun (Frans M. Royan,
2011: 88).
Depdiknas
(2009), mengelola waktu dalam setiap kegiatan sangat penting sehingga dapat
memanfaatkan setiap jam, menit, dan bahkan detik dalam hidup dengan
sebaik-baiknya. Seorang siswa perlu memperhatikan dan mengelola waktu mereka
baik itu dalam lingkungan sekolah maupun diluar sekolah, berikut akan
dipaparkan apa saja yang perlu dilakukan dan diperhatikan seseorang, khususnya
pelajar dalam mengatur waktu:
a. Membagi Waktu
b. Membuat Jadwal
c. Menjalankan Jadwal
d. Evaluasi
e. Penggunaan Alat Bantu
Sumber:
Munandar, Ashar Suyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
TUGAS KE-13
Self-Directed Changes
Konsep & penerapan self directed changes
Mahasiswa
mengetahui dan termotivasi untuk melakukan perubahan pribadi dengan melalui
tahapan:
1. Meningkatkan kontrol diri: mendasarkan diri pada kesadaran bahwa pada
setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan
kondisi yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi sebagai akibat
perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur
kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal
serta belajar yang efektif.
2. Menetapkan tujuan: dimaksudkan untuk menjaga individu agar tetap tertuju
pada proses pembelajaran, dalam arti dapat mengetahui dan mampu secara mandiri
menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari dalam mencapai kesehatan mental,
serta tahu akan kemana tujuan hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan
mampu berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya.
3. Pencatatan perilaku: menguatkan perilaku ulang kalau individu merasa
bisa mengambil manfaat dari perilaku yang pernah dilakukan sebelumnya,
kemungkinan lain yang bisa menjadikan seseorang mengulang perilaku sebelumnya
karena merasa senang dengan apa yang pernah dilakukan.
4. Menyaring anteseden perilaku: bisa membagi perilaku sasaran ke dalam
perubahan, serta membantu individu agar lebih siap dalam mempelajari perilaku
tersebut. Pemahaman akan anteseden perilaku membantu individu agar dapat dengan
tepat memilih nilai-nilai dan merencanakan strategi.
5. Menyusun konsekuensi yang efektif: pemahaman dalam arti sehat mental
dapat menentukan perubahan pada individu dalam melakukan mobilitas untuk
melakukan segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia,
dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris,
emosional,dan kognitif dalam mencapai kematangan mental.
6. Menerapkan perencana intervensi: membawa perubahan, tentunya pada
perubahan yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai, karakter / watak,
dan cara cara berperilaku secara individual. Dalam arti kita harus lebih
memahami cara berperilaku pada kegiatan proses pembentukan watak dan
pembelajaran secara terencana.
7. Evaluasi: faktor yang penting untuk mencapai kematangan pribadi,
sedangkan salah satu faktor penting untuk mengetahui keefektivan adalah
evaluasi baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Sumber :
Munandar,Ashar
Sunyoto. (2008). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit
Universitas UI