- Back to Home »
- Kesehatan Mental# Minggu Ke-13
Posted by : Unknown
Minggu, 17 Mei 2015
Nama : Gina Permatasari
Kelas : 2PA06
NPM : 13513737
Pekerjaan dan Waktu Luang (2)
A. Penyesuaian diri dalam
pekerjaan
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan merubah
perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan diri individu
dengan lingkungannya. Pada dasarnya, penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.
Pada dasarnya, penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu penyesuaian
pribadi dan penyesuaian sosial.
Berikut akan
dijelaskan 2 aspek dalam penyesuaian diri yaitu:
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk
menerima dirinya sendiri sehingga tercapainya hubungan yang harmonis antara
siapa dirinya dengan lingkungan kerjanya. Ia sadar sepenuhnya siapa dirinya,
apa kelebihan dan kekurangannya dan bertindak objektif sesuai dengan kondisi
dirinya tersebut.
Keberhasilan diri pribadi dengan tidak adanya rasa
benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, kecewa atau tak percaya pada
kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan
atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa tidak puas, rasa cemas, rasa
kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup dalam masyarakat, dimana
terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain. Dari proses tersebut timbul
pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan
nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyesuaian bagi
persoalan-persoalan hidup sehari-hari.
Dalam dunia kerja ada 2 hal yang tidak bisa dipisahkan
yaitu karyawan dan perusahaan. Seseorang yang dapat menyesuaikan dirinya dengan
pekerjaannya yaitu apabila terdapat adanya kepuasan kerja. Untuk itu merupakan
keharusan bagi perusahaan untuk mengenali faktor-faktor apa saja yang dapat
membuat karyawan puas bekerja diperusahaan.
Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan, diantaranya adalah kesesuaian pekerjaan, kebijakan organisasi
termasuk kesempatan berkembang, lingkungan kerja dan perilaku atasan. Adapun
faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan menurut Kreitner dan Kinichi, yaitu:
a. Pemenuhan Kebutuhan (need fulfillment)
Kepuasan ditentukan oleh tingkat karakteristik
pekerjakaan memberikan kesempatan pada individu intuk memenuhi kebutuhannya
b. Perbedaan (discrepancies)
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan.
Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa
yang diperoleh individu dari pekerjaannya. Bila harapan lebih besar dari apa
yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya individu akan puas bila
menerima manfaat diatas harapan.
c. Pencapaian nilai (volue attainment)
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan
memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
d. Keadilan (equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu
diperlakukan di tempat kerja.
e. Komponan genetik (genetic components)
Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan
faktor genetik. Hal ini menyiratkan perbedaan sifat individu kerja disamping
karakteristik lingkungan pekerjaan.
Selain itu ada juga faktor penentu kepuasan kerja
yaitu:
1) Gaji/upah
Menurut Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi
dari jumlah absolute dari gaji yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi
harapan-harapan tenaga kerja dan bagaimana gaji diberikan. Selain dari
pencapaian (achievement), keberhasilan dan pengakuan/penghargaan.
2) Kondisi kerja yang menunjang
Bekerja dalam ruangan atau tempat kerja yang tidak
menyenangkan (uncomfortable) akan menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh
karena itu, perusahaan harus membuat kondisi kerja yang nyaman dan menyenangkan
sehingga kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi dan menimbulkan kepuasan kerja.
3) Hubungan kerja
a. Hubungan dengan rekan kerja
Ada tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya
memperoleh masukan dari tenaga kerja lain (dalam bentuk tertentu). Keluarannya
(barang yag setengah jadi) menjadi masukkan untuk tenaga kerja lainya, misalnya
pekerja konveksi. Hubugan antara pekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak
yang berbentuk fungsional.
Kepuasan kerja yang ada timbul karena mereka dalam
jumlah tertentu berada dalam satu ruangan kerja yang tidak berkomunikasi
bersifat kepuasan kerja yang tidak menyebabkan peningkatan motivasi kerja dalam
kelompok kerja dimana para pekerjanya harus bekerja sebagai satu tim.
Kepuasan kerja mereka dapat timbul karena
kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka seperti harga diri, aktualisasi diri
dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka.
b. Hubungan dengan atasan
Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan
kerja adalah tenggangrasa (consideration). Hubungan fungsional mencerminkan
sejumlah atasa membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang
penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikkan
antara pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa,
misalnya keduanya mempuyai pandangan hidup yang sama.
Tingkat kepuasan kerja paling besar dengan atasan
adalah jika kedua jenis hubungan adalah positif. Atasan yang memiliki ciri
pemimpin yang transformasional, maka tenaga kerja akan meningkat motivasinya
dan sekaligus dapat merasa puas dengan pekerjaannya.
1. Kepuasan Kerja
Tidak ada satu batasan dari
kepuasan kerja/pekerjaan yang dirasakan yang paling sesuai oleh para penulis
dan peneliti. Tenaga kerja yang puas dengan pekerjaannya merasa senang dengan pekerjaannya.
Dari batasan Locke dapat disimpulakan adanya dua unsur yang penting dalam kepuasan
kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Nilai-nilai
pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas
pekerjaan. Yang ingin dicapai adalah nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting
oleh individu. Dikatakan selanjutnya bahwa nilai-nilai pekerjaan harus sesuai
atau membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Dengan demikian dapat kita
simpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan
dengan motivasi kerja.
2. Perubahan dalam persediaan dan permintaan, dan berganti pekerjaan
a. Keluar (exit), Ketidakpuasan
kerja yang diungkapkan dengan meninggalkan pekerjaan. Termasuk mencari
pekerjaan lain.
b. Menyuarakan (voice),
Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui usaha aktif dan konstruktif untuk
memperbaiki kondisi, termasuk memberikan saran perbaikan.
c. Mengabaikan (neglect),
Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui sikap membiarkan keadaan menjadi
lebih buruk. Misalnya sering absen, upaya berkurang, dan kesalahan yang
dibuat makin banyak.
d. Kesetiaan (loyalty),
Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan menunggu secara pasif sampai
kondisinya menjadi lebih baik.
B. Waktu Luang
Dalam bahasa Inggris
waktu luang dikenal dengan sebutan leisure. Kata leisure sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu licere yang berarti diizinkan (To
be Permited) atau menjadi bebas (To be Free). Kata lain dari leisure
adalah loisir yang berasal dari bahasa Perancis yang artinya waktu luang
(Free Time), George Torkildsen.
Berdasarkan teori dari George Torkildsen dalam bukunya
yang berjudul leisure and recreation management (Januarius Anggoa, 2011)
definisi berkaitan dengan leisure antara lain:
a. Waktu luang sebagai waktu (leisure as time)
Waktu luang
digambarkan sebagai waktu senggang setelah segala kebutuhan yang mudah telah
dilakukan. Yang mana ada waktu lebih yang dimiliki untuk melakukan segala hal
sesuai dengan keinginan yang bersifat positif. Pernyataan ini didukung oleh
Brightbill yang beranggapan bahwa waktu luang erat kaitannya dengan kaitannya
dengan kategori discretionary time, yaitu waktu yang digunakan menurut
pemilihan dan penilaian kita sendiri.
b. Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as
activity)
Waktu luang
terbentuk dari segala kegiatan bersifat mengajar dan menghibur pernyataan ini
didasarkan pada pengakuan dari pihak The International Group of the Social
Science of Leisure, menyatakan bahwa: “waktu luang berisikan berbagai macam
kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri baik untuk
beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan
keterampilannya secara objektif atau untuk meningkatkan keikutsertaan dalam
bermasyarakat.
c. Waktu luang sebagai
suasana hati atau mental yang positif (leisure as an end in itself or a
state of being)
Pieper
beranggapan bahwa:“Waktu luang harus dimengerti sebagai hal yang berhubungan
dengan kejiwaan dan sikap yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, hal ini
bukan dikarenakan oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Hal ini juga bukan
merupakan hasil dari waktu senggang, liburan, akhir pekan, atau liburan
panjang.
d. Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti luas
(leisure as an all embracing)
Menurut Dumadezirer,
waktu luang adalah relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri. Dalam ketiga
aspek tersebut, mereka akan menemukan kesembuhan dari rasa lelah, pelepasan
dari rasa bosan, dan kebebasan dari hal-hal yang bersifat menghasilkan. Dengan
kata lain, waktu luang merupakan ekspresi dari seluruh aspirasi manusia dalam
mencari kebahagiaan, berhubungan dengan tugas baru, etnik baru, kebijakan baru,
dan kebudayaan baru.
e. Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup (leisure
as a way of living)
Seperti yang
dijelaskan oleh Goodale dan Godbye dalam buku The Evolution Of Leisure :
“Waktu luang adalah suatu kehidupan yang bebas dari tekanan-tekanan yang
berasal dari luar kebudayaan seseorang dan lingkungannya sehingga mampu untuk
bertindak sesuai rasa kasih yang tak terelakkan yang bersifat menyenangkan,
pantas, dan menyediakan sebuah dasar keyakinan”. Hal senada juga diungkapkan
oleh Soetarlinah Sukadji (Triatmoko, 2007) yang melihat arti istilah waktu
luang dari 3 dimensi, yaitu:
a. Dilihat dari dimensi waktu, waktu luang dilihat
sebagai waktu yangtidak digunakan untuk bekerja mencari nafkah, melaksanakan
kewajiban, dan mempertahankan hidup.
b. Dari segi cara pengisian, waktu luang adalah waktu
yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan
dimanfaatkan sesuka hati.
c. Dari sisi fungsi, waktu luang adalah waktu yang
dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi,
kegiatan terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi, sebagai selingan
hiburan, sarana rekreasi, sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang
menyenangkan, atau sebagai kegiatan menghindari sesuatu.
Dengan
banyaknya definisi waktu luang, dapat disimpulkan bahwa waktu luang adalah
waktu yang mempunyai posisi bebas penggunaannya dan waktu tersebut berada diluar kegiatan rutin
sehari-hari sehingga dapat dimanfaatkan secara positif guna meningkatkan
produktifitas hidup yang efektif dan pengisian waktu luang dapat diisi dengan
berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri
baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau
mengembangkan keterampilannya secara objektif.
Mengisi waktu
luang bagi remaja terutama siswa yaitu waktu yang terdapat pada siswa diluar
jam pelajaran sekolah dan dapat diisi dengan kegiatan relaksasi atau istirahat,
kegiatan hiburan atau rekreasi, dan kegiatan pengembangan diri sesuai dengan
pilihan sendiri sehingga akan timbul suatu kesembuhan dari rasa capek dan
melepaskan dari rasa bosan.
2. Manfaat Mengisi Waktu Luang
Orang yang
menggunakan waktu secara efisien akan memperoleh banyak keuntungan, misalnya
mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu, sehingga ada waktu untuk
memulihkan kebugaran fisik dan mental, rekreasi, dan interaksi sosial.
Manfaat mengisi waktu luang yaitu menurut Soetarlinah
Sukadji (Triatmoko, 2007) yaitu:
a. Bisa meningkatkan kesejahteraan jasmani.
b. Meningkatkan kesegaran mental dan emosional.
c. Membuat kita mengenali kemampuan diri sendiri.
d. Mendukung konsep diri serta harga diri.
e. Sarana belajar dan pengembangan kemampuan.
f. Pelampiasan ekspresi dan keseimbangan jasmani,
mental, intelektual, spiritual, maupun estetika.
g. Melakukan penghayatan terhadap apa yang anda sukai tanpa tidak
mempedulikan segi materi.
3. Kegiatan Waktu Luang
Berdasarkan
definisi teori waktu luang yaitu waktu luang sebagai aktivitas yaitu waktu yang
berisikan berbagai macam kegiatan baik untuk beristirahat, menghibur diri
sendiri, menambah pengetahuan serta menggunakan keterampilan secara objektif
untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat setelah melepaskan diri
dari segala pekerjaan rutinnya, keluarga dan lingkungan sosial dan waktu luang
sebagai relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri. Beberapa kegiatan mengisi
waktu luang diantaranya:
a. Relaxation Activity (Kegiatan Relaksasi)
Menurut
Soetarlinah Sukadji (Triatmoko, 2007) kegiatan relaksasi diantaranya kegiatan
relaksasi aktif misalnya: membetulkan alat rumah tangga atau berbenah rumah,
memperbaiki sepeda motor. Kegiatan tersebut sifatnya produktif cenderung
meningkatkan ketrampilan dan harga diri. Selain itu bisa melakukan relaksasi
pasif dengan cara menonton televisi, mendengarkan musik, dan membaca tulisan
ringan. Namun terlalu banyak melakukan kegiatan relaksasi pasif akan membuat
kehilangan
waktu untuk kegiatan yang lebih produktif.
b. Entertainment Activity (Kegiatan Hiburan)
Fine,
Mortimer, & Robert (Broderick & Blewitt, 2006), menyebutkan bahwa
kegiatan hiburan atau rekreasi dapat mempromosikan penguasaan keterampilan,
seperti olahraga partisipasi, hobi, dan kesenian atau mungkin lebih murni
rekreasi seperti bermain video game, melamun atau nongkrong dengan teman-teman.
Menurut Ahmad H. Kanzun (2002: 68) Kegiatan olahraga termasuk dalam salah satu
kegiatan yang positif dan terarah. Karena dengan berolahraga, remaja dapat
menjaga kondisi tubuhnya agar selalu sehat dan dapat melakukan segala
aktifitasnya.
Selanjutnya menurut
penggolongan ahli pengetahuan hobi Margaret E. Mulac Hobbies: The Creative
Use of Leisure (1959), (The Liang Gie , 1996: 99-100), ada 4 macam hobi,
yaitu:
1) Making Hobbies (Membikin)
Ini meliputi
berbagai seni kerajinan seperti misalnya kegiatan pahat, ukir, kerajinan
emas-perak, keramik, tenun, dan fotografi.
2) Learning Hobbies (Belajar)
Ini meliputi
segala macam bentuk belajar seperti misalnya mempelajari sejarah,
karang-mengarang, atau bahasa asing.
3) Doing Hobbies (Melakukan)
Ini meliputi
segala macam bentuk melakukan sesuatu hal, misalnya menyanyi, menari, memainkan
alat musik, berkebun, dan aneka hobi alam (misalnya mengamati burung atau
memelihara ikan hias).
4) Collectting Hobbies (Mengumpulkan)
Ini meliputi kegiatan
mengumpulkan bermacam-macam benda seperti perangko, mata uang, buku antik, dan
batu-batuan.
c. Personal Development Activity (Kegiatan
Pengembangan Diri)
Pengembangan
diri termasuk kegiatan yang meningkatkan kesadaran dan identitas, mengembangkan
bakat dan potensi, membangun modal manusia, dan memfasilitasi kerja,
meningkatkan kualitas hidup dan berkontribusi pada realisasi mimpi dan aspirasi
serta rohani pengembangan (Anonim, 2009). Berteman, bergaul dan mengikuti
aktivitas disekitar rumah atau sekolah atau kegiatan yang berhubungan dengan
kesiapannya menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi (misalnya pergi
keperpustakaan, latihan soal-soal).
Menurut Soetarlinah
Sukadji (Triatmoko, 2007), mengikuti kursus musik, kelompok teater, kursus
bahasa asing, melukis, mengarang,
membuat sajak, memasak, menata musik, membuat patung. Kegiatan ini
selain meningkatkan ketrampilan, juga menimbulkan perasaan kesuksesan. Menurut
Ahmad H. Kanzun (2002: 36) Mengikuti kegiatan masjid yang merupakan pusat
kegiatan keislaman dalam mengasah wawasan dan menambah pengetahuan dibidang
keagamaan sebagai pedoman hidup.
Selain itu,
mengikuti kegiatan kemasyarakatan (Ahmad H. Kanzun, 2002:59) membentuk remaja
sebagai generasi muda yang berkualitas, sangat diharapkan untuk dapat ikut
berpartisipasi aktif dalam mengikuti segala kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
dengan niat dan semangat yang positif. Dengan kegiatan tersebut diharapkan
dapat mempererat tali persaudaraan antar sesama dan menumbuhkan rasa
solidaritas.
Kenyataannya
dikalangan remaja menunjukkan adanya pemanfaatan waktu luang secara serampangan
saja, tanpa adanya perencanaan yang matang, pengawasan maupun pengarahan. Hal
itu yang menyebabkan fenomena negatif jarangnya siswa aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesiswaan yang teratur dan terarah adalah lemahnya upaya
penyadaran akan urgensi kegiatan tersebut dan dampak pendidikannya dalam
membentuk kepribadian dan perilaku siswa, disamping faktor-faktor lain seperti
buruknya pengelolaan sebagian pengemban misi pendidikan, monotonnya kegiatan
ataupun minimnya hal-hal yang mendukung.
4. Mengelola Waktu Luang
Waktu yang
dimiliki setiap orang akan terus bergerak maju. Pada prinsipnya waktu luang
yang bergerak maju ini akan mengikis habis waktu yang anda miliki. Kenyataan
yang sering kita hadapi ternyata kita mengeluh dengan waktu yang tiba-tiba
berlalu begitu saja, sementara anda tidak berbuat apa pun (Frans M. Royan,
2011: 88).
Depdiknas
(2009), mengelola waktu dalam setiap kegiatan sangat penting sehingga dapat
memanfaatkan setiap jam, menit, dan bahkan detik dalam hidup dengan
sebaik-baiknya. Seorang siswa perlu memperhatikan dan mengelola waktu mereka
baik itu dalam lingkungan sekolah maupun diluar sekolah, berikut akan
dipaparkan apa saja yang perlu dilakukan dan diperhatikan seseorang, khususnya
pelajar dalam mengatur waktu:
a. Membagi Waktu
b. Membuat Jadwal
c. Menjalankan Jadwal
d. Evaluasi
e. Penggunaan Alat Bantu
Sumber:
Munandar, Ashar Suyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.