- Back to Home »
- Kesehatan Mental# Minggu Ke-9
Posted by : Unknown
Sabtu, 25 April 2015
Nama : Gina Permatasari
Kelas : 2PA06
NPM : 13513737
A. Definisi Hubungan
Interpersonal
Menurut saya hubungan
interpersonal adalah suatu kondisi atau keadaan bagaimana cara kita mengenali
diri kita terhadap lingkungan sekitar, apakah kita sudah mengetahui siapa diri
kita dan apa hal yang terbaik yang prenah kita lakukan. Contoh orang yang tidak
memiliki interpersonal yaitu gampang emosi, marah yang meledak ledak dan mudah
putus asa atau tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dapat merubahnya
lebih baik. Orang yang mempunyai banyak teman dan dapat menjadi orang yang
fleksibel adalah orang yang mampu membaca situasi disekitarnya dan dapat
beradaptasi dengan lingkungan. Tapi ada definisi lain berdasarkan sumber yang
tepat dan benar tentang hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal adalah
dimana ketika kita berkomunikasi kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan
tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita
berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan
relationship.
Hubungan interpersonal mempunyai 4 model yang
diantaranya meliputi :
1.
Model
pertukaran sosial (social exchange model).
Hubungan
interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi
karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan
tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat
negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
2.
Model peranan (role
model).
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap
orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan
dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role
expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role skills)
dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban,
tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah
desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan
memainkan peranan tertentu.
3.
Model permainan (games people play model).
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan
bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan.
Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
a) Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku
yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
b) Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara
rasional).
c) Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman
kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan
kesenangan).
4.
Model
Interaksional (interacsional model).
Model ini
memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki
sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan
model pertukaran, peranan dan permainan.
B. Pembentukan kesan dan
Ketertarikan Interpersonal dalam memulai hubungan.
Adapun tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni meliputi :
1. Pembentukan.
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti
telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase
kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini
informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat
dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a) informasi demografis.
b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek).
c) rencana yang akan datang.
d) kepribadian.
e) perilaku pada masa lalu.
f) orang lain serta,
g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan.
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan
tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor
penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a)
keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang
antara komunikan dan komunikator).
b)
Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak yang
melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam
komunikasi tersebut).
c)
respon yang tepat (feedback atau umpan balik yang
akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga
komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
d)
nada emosional yang tepat (keserasian suasana emosi
saat komunikasi sedang berlangsung).
C.
Model Peran, konflik adequacy peran serta
auntensitas dalam hubungan peran.
Model peran.
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap
orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh
masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu
bertindak sesuai dengan peranannya.
Model Interaksional.
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap
sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem
terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama
sebagai suatu kesatuan. Pemutusan Hubungan Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang
berjudul Conflict Among Humans,
setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan,
yaitu:
a)
Kompetisi, dimana salah satu
pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya,
menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b)
Dominasi, dimana salah satu pihak
berusaha mengendalikan pihak lainsehingga orang tersebut merasakan hak-haknya
dilanggar.
c)
Kegagalan, dimana masing-masing
berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d)
Provokasi, dimana salah satu
pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang
lain.
e)
Perbedaan nilai, dimana kedua
pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
Jenis Hubungan
Interpersonal.
Terdapat
beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu :
a) Berdasarkan jumlah individu yang terlibat.
ü Hubungan diad.
Hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan
kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa
ciri khas hubungan diad, dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus,
individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan‘wajah’yang
ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang
pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan
hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain.
ü Hubungan Triad.
Hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini
memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/ kedekatan anatar individu
lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara
terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).
b) Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
ü Hubungan Tugas.
Merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena
tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dokter, hubungan mahasiswa dalam
kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain.
ü Hubungan Sosial.
Merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan
tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara
personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan
dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
c)
Berdasarkan
jangka waktu.
ü Hubungan jangka pendek.
Merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling
menyapa ketika bertemu di jalan.
ü Hubungan jangka panjang.
Berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama
suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya
berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya).
d)
Berdasarkan tingkat
kedalaman atau keintiman.
Kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan
hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali
tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim
ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure).
Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa hal yang
mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu :
a) Komunikasi efektif.
b) Ekspresi wajah.
c) Kepribadian.
d) Stereotyping.
e) Daya tarik.
f) Ganjaran.
g) Kompetensi.
D. Intimasi dan Hubungan
Pribadi.
Pendapat
beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
a) Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat
yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
b) Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku
penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang
lain.
c) Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan
intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh
kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi
masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi
kegemaran dan aktivitas yang sama.
d) Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan
yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua
individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada
hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling
mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup,
keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada
tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi,
memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang
terjadi pada orang yang dekat dengannya.
e) Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love
dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu
hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu
hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan
dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan
kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah hubungan
tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan yang
harmonis dan langgeng.
Komunikasi yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka
pun menjadi modal yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan
kaget apabila komunikasi kita dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau
selalu terjaga bisa jadi hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu
saja itu akan menyakitkan hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak
pernah menginginkan hal berikut.
SUMBER :
Hall, S Calvin.,
Lindzey , Gardner., (2009). teori - teori psikodinamika,
yogyakarta:kanisius.
Jalaluddin,
Rakhmat (1998): Psikologi Komunikasi, Edisi 12, PT Remaja Rosdakarya Offset,
Bandung.